Keluarga Bayi Hidrosefalus butuh bantuan

id keluarga bayi, hidrosefalus butuh bantuan

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Keluarga Evan (2) bayi penderita Hydrocephalus yang dirawat di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, Riau, membutuhkan uluran tangan masyarakat banyak mengingat keluarga tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu.

"Selama kita di Rumah Sakit suami saya tidak bisa bekerja, kami disini menjaga Evan," ujar Ernida ibu Evan, di Pekanbaru, Senin.

Evan yang hampir satu bulan dirawat di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, tidak kunjung dioperasi akibat luka lecet dikepalanya belum juga mengering.

Hingga Senin (24/10) luka lecet di kepala Evan tidak kunjung mengering, hal ini yang membuat Evan belum bisa dilakukan penyedotan cairan di kepalanya.

"Kita selalu menunggu, dan sampai kapanpun, sehingga suami saya tidak bisa mencari nafkah, kalau makan disini kadang ada juga saudara-saudara datang yang berbaik hati,"ucapnya.

Dokter yang merawat bayi tersebut, dr Tondi mengatakan, Evan baru akan dioperasi apabila luka dikepalanya sudah mengering hingga 100 persen.

"Yang jelas kita menunggu lukanya kering, kalau tidak kering kita tidak bisa mengoperasinya," ungkap dr Tondi.

Terkait luka lecet yang tidak kunjung sembuh, Ernida sepertinya sudah agak pesimis terhadap kesembuhan anaknya tersebut.

Ernida mengatakan jika dalam waktu satu bulan ke depan luka Evan tidak sembuh, Evan akan dibawa pulang dan akan dirawat di rumah saja.

"Kita lihat satu bulan kedepan, seandainya seperti ini terus. Lebih baik dirawat di rumah, dan kami bisa melakukan aktivitas lainnya," kata Ernida.

Ernida pernah diinformasikan oleh salah seorang keluarga pasien Hydrocephalus lainnya yang berasal dari Bengkalis, Riau, bahwa di Bengkalis ada obat yang diyakini bisa mengeringkan luka lecet di kepala Evan.

Namun, obat ini tidaklah murah bagi keluarga yang kurang mampu ini.

"Harga obat itu katanya, sekitar Rp1,5 juta rupiah, kita dapat uang darimana, untuk makan kita disini saja sudah susah, ujar Ernida.

Disatu sisi, Ernida sangat membutuhkan obat ini, namun mengingat tidak pernah ada bantuan dari pihak manapun kepada anaknya yang sudah sangat menderita ini, niat untuk membeli obat tersebut hanya menjadi angan-angan belaka.

Ernida hanya bisa berharap namun ia tidak tahu pasti kapan obat tersebut akan terbelikan.

"Saya sangat berharap obat itu bisa dibeli, namun kami tidak punya uang, bagaimana bisa membelinya," beber keluarga kurang mampu yang berasal dari perumahan Pandau Permai jalan Tembusu no 7 Kampar, Riau ini.

Ernida merasa iri kepada pasien-pasien lainnya. Menurutnya, anak-anak cacat lainnya mendapatkan bantuan dari luar, puluhan juta hingga ratusan juta.

Sementara Evan yang sama berasal dari keluarga kurang mampu ini, tidak pernah tersentuh oleh bantuan dari pihak manapun.

Ernida mengatakan, untuk makan saja ia kesusahan, karena sejak masuk RSUD ini, Junio (32) suaminya tidak bekerja lagi. Dan seringkali Ernida mendapatkan makanan dari keluarga pasien lainnya yang satu ruangan dengan Evan.

"Kadang-kadang mereka yang datang memberikan makanan, dan sedikit uang untuk Evan, uang tersebut yang saya gunakan untuk membeli makanan, sementara suami tidak bekerja lagi," ujarnya.

Untuk itu, Ernida sangat mengharapkan uluran tangan masyarakat dimanapun berada untuk meringankan biaya pengobatan putranya ini. Untuk saat ini Ernida hanya terfikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan obat tersebut.

Karena menurutnya, pada 26 Oktober orang Tionghoa asal Bengkalis yang mempunyai obat tersebut akan datang ke Pekanbaru, untuk menemui pasiennya.

"Nanti dia datang ke sini, saya sangat berharap bisa mendapatkan obat tersebut supaya luka Evan segera mengering dan ia bisa dioperasi," harapnya.