Cerita masyarakat hidup berdampingan dengan PT KTU Siak

id kelapa sawit,astra agro lestari,petani riau,PT KTU,berita riau antara,berita riau terbaru

Cerita masyarakat hidup berdampingan dengan PT KTU Siak

Siti Aini (kanan) didampingi suaminya, penduduk awal di Dusun Sungai Padang, Kampung Pangkalan Pisang, Kecamatan Koto Gasip.(ANTARA/Bayu Agustari Adha)

Siak, Riau (ANTARA) - Dusun Sungai Padang, Kampung Pangkalan Pisang, Kecamatan Koto Gasip, Kabupaten Siak berada di antara Perkebunan Kelapa Sawit, PT Kimia Tirta Utama. Siti Aini (60) adalah salah satu warga yang pertama-tama tinggal di dusun tersebut.

"Awalnya di sini tiga kepala keluarga, sekarang sudah menjadi 100 KK. Di sini tanah kaum, yang perempuan punya bagian, tapi yang punya hak menjual laki-laki," katanya ketika didatangi di rumahnya, Selasa.

Awalnya dia datang di sana pada tahun 1991 dari Kecamatan Siak untuk hidup dengan Hutan Sialang ketika itu. Banyaknya pohon mengundang lebah untuk menghasilkan Madu Sialang di sana.

Pada saat yang sama PT KTU juga mulai beroperasi di sana. Setelah beberapa tahun, Siti pun juga bekerja sama dengan PT KTU seiring berjalannya waktu. Perusahaan Grup Astra itupun membuatkan Koperasi Unit Desa (KUD) binaan bagi masyarakat yang saat ini sudah ada tiga.

Salah satunya KUD Tandan Bertuah di mana Siti pernah menjadi ketuanya dan sekarang merupakan pengawas. Dengan KUD tersebut Siti bersama masyarakat lainnya secara perlahan juga mulai meningkat kesejahteraannya.

"Ini KUD binaan PT KTU, diajari cara menanam sawit, memanen dan diberi pinjaman. Awalnya Rp40 juta tanpa bunga, diberi waktu enam bulan, tiga bulan lunas. Lalu pinjam lagi Rp60 juta, diberi waktu empat bulan, dua bulan lunas," ujarnya.

Terkait fasilitas lainnya dia yang juga pernah menjadi pengurus Lembaga Adat Melayu Kecamatan Kotogasip ini mengatakan terbantu oleh PT KTU. Seperti infrastruktur jalan dan ambulans yang sedia 24 jam bagi masyarakat.

"Keuntungan dari perusahaan itu yang banyak di asakan masyarakat, seperti diberi transportasi untuk mengangkat buah. Selain itu untuk akses jalan juga selalu diperhatikan. Apalagi masalah warga yang sakit selalu pihak KTU siap bantu," tambahnya.

Tidak hanya bagi masyarakat di dalam PT KTU, dusun di luar perusahaan juga merasakan manfaat dari keberadaan perusahaan. Salah satunya dari Dusun Suak Tandun yang masih masuk pada Kampung Pangkalan Pisang.L, MartuaniLumbanraja (41).

Dia merasa terbantu dengan adanya Jalan PT KTU untuk mengambil panen sawit di lahannya. Jika tak ada jalan itu dirinya harus melewati jalan Kampung Buatan I yang tidak bisa masuk mobil meskipun jaraknya hampir

"Kalau pakai jalan lain ada sejauh 1,5 kilometer yang tidak bisa masuk mobil. Kalau dipikul itu tentu capek, harus tiga kali berhentilah. Terpaksa pakai sepeda motor menggendong menuju mobil, tapi itu biaya lebih mahal dibanding mobil masuk langsung," ungkapnya.

Menurutnya PT KTU tidak meminta apa-apa untuk lewat di jalan tersebut. Syaratnya, kata dia, asal jangan melakukan tindakan tidak taat hukum seperti mencuri saja.

Baca juga: Menyambangi wisata religi Makam Puteri Kaca Mayang di tengah kebun sawit

Baca juga: Peserta SMN Yogyakarta ziarah ke Makam Sultan Syarif Kasim II