Pekanbaru (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan luas indikatif kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Provinsi Riau sepanjang 2019 ini mencapai 30.065 hektare, atau lima kali lebih luas dibandingkan dengan data yang disajikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
"Data itu kita peroleh dari citra satelit Landsat dan overlay lapangan," kata Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Rafles Panjaitan dihubungi dari Pekanbaru, Senin.
BPBD Riau yang merupakan bagian dari satuan tugas Karhutla Riau menyatakan luas kebakaran yang melanda Bumi Lancang Kuning itu sepanjang tahun ini baru mencapai 6.425 hektare yang menyebar di 12 kabupaten dan kota.
Raffles tidak mempersalahkan data tersebut. Dia menyatakan jika luasan lahan terbakar yang disajikan oleh BPBD Riau itu bisa bermaksud luas Karhutla yang dipadamkan.
“Kalau data BPBD itu merupakan jumlah lahan terbakar yang dipadamkan, bukan seluruh lahan yang terbakar. Data kita tidak meragukan karena langsung citra Satelit dan overlay di lapangan langsung," tuturnya.
Lebih jauh, ia memastikan bahwa luas indikatif Karhutla di Riau juga diamati oleh negara lainnya dengan menggunakan satelit. Untuk itu, dia memastikan KLHK secara serius menghitung luas lahan yang terbakar dengan menggunakan instrumen yang tersedia hingga anggota di lapangan.
“Kita tidak bisa berbohong soal data luas lahan yang terbakar ini. Karena Negara luar juga memantau dengan satelit. Kalau data kita tidak cocok dengan mereka, bisa protes orang luar nanti,” tegasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Senin pagi tadi, tercatat sebanyak 1.278 titik panas indikasi Karhutla yang menyebar di Pulau Sumatera.
Ribuan titik panas ini menyebar di tujuh provinsi di Pulau Andalas yang berbatasan langsung dengan semenanjung Malaysia serta Singapura. Provinsi Jambi menyumbang sebagian besar titik panas yang mencapai 504 titik. Sumsel berada pada urutan ke dua dengan 332 titik panas dan Riau selanjutnya 289 titik panas. Titik panas lainnya menyebar di Lampung 70, Bangka Belitung 66b, Sumbar 3 dan Kepulauan Riau 14.
Khusus di Riau, titik panas menyebar di sembilan kabupaten dan kota. Paling banyak berada di Indragiri Hilir 185 titik, Pelalawan 57, Indragiri Hulu 31, Meranti 2, Bengkalis 4, Kampar 2, Dumai, Kuansing dan Rohil masing-masing satu titik panas.
Dari jumlah itu, BMKG menyatakan 182 titik diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen hingga 100 persen.
Titik api menyebar di Indragiri Hilir 117 titik, Pelalawan 38 titik, Indragiri Hulu 17 titik, Dumai 1, Bengkalis 2 dan Rokan Hilir 1 titik api.
Peningkatan titik-titik api di Riau dan sejumlah provinsi itu kemudian berdampak dengan kabut asap pekat yang menyelimuti Kota Pekanbaru. BMKG menyatakan jarak pandang di Kota Pekanbaru hanya berkisar 1.500 meter. Sejumlah warga mengaku semakin khawatir dengan kondisi ini.
Baca juga: VIDEO - Asap Karhutla selimuti langit Pekanbaru pagi ini
Baca juga: Udara bercampur asap, sekolah di Siak diliburkan
Baca juga: 154 titik panas di Riau, kualitas udara Pekanbaru terburuk selama tahun ini
Berita Lainnya
KLH identifikasi sejumlah isu lingkungan di perkotaan soal sampah hingga polusi
05 December 2024 15:50 WIB
Kementerian Lingkungan Hidup minta produsen bantu tangani potensi peningkatan sampah plastik
07 October 2024 17:04 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya dan PHR resmikan ekoriparian di dua kampus di Pekanbaru
30 September 2024 15:36 WIB
KLHK-BRGM ajak pemuda untuk peduli terhadap lingkungan
30 September 2024 15:10 WIB
Bengkalis terima penghargaan dari KLHK
18 September 2024 19:45 WIB
Kolaborasi KLHK dan APP Group atasi karhutla
12 August 2024 10:26 WIB
KLHK ungkap Indonesia siap ukir sejarah dari konversi motor listrik ke Eropa
08 August 2024 15:34 WIB
KLHK segel 15 hektare lahan HPK Desa Karya Indah Kampar yang terbakar
04 August 2024 22:43 WIB