New York (ANTARA) - Larangan penjualan botol air plastik diberlakukan di Bandar Udara Internasional San Francisco di California, Amerika Serikat, pada Selasa (20/8), sejalan dengan upaya kota tersebut untuk mengurangi penggunaan plastik sekali-pakai.
Sebabnya ialah plastik sekali pakai sering kali diidentifikasi sebagai salah satu penyebab perubahan iklim.
Baca juga: Kurangi Botol Plastik, Sehatkan Laut
Para wisatawan takkan lagi bisa membeli air botolan yang lebih kecil dari satu liter di toko bandar udara, mesin penjualan atau restoran. Mereka didorong untuk membawa botol sendiri atau membeli kemasan beling atau aluminium di toko bandar udara.
"Rata-rata 9.000 air botolan dijual di #SFO setiap hari, dan kami ingin melakukan apa saja yang bisa kami lakukan untuk mengurangi dampak itu," kata pengelola Bandara San Francisco. Pengelola bandar udara mencuit pada Selasa bahwa mereka berharap bisa menjadikan fasilitas penerbangan tersebut menjadi bandar udara pertama yang bebas limbah, paling lambat pada 2021.
"Kami telah meneliti berbagai kebijakan dan program yang akan mendukung sasaran itu buat dua tahun dari sekarang," kata Doug Yakel, Juru Bicara bagi Bandar Udara San Francisco kepada Thomson Reuters Foundation . "Kami berharap sasaran itu bisa tercapai."
Sementara konsumen menjadi kian terdidik mengenai bahan bakar fosil yang digunakan untuk memproduksi plastik dan akibatanya bagi perubahan iklim, perusahaan swasta dan pemerintah lokal telah mulai mengesahkan berbagai gagasan untuk menangani limbah plastik.
Jutaan ton plastik berakhir di tempat pembuangan sampah dan samudra setiap tahun, tempat limbah tersebut bisa memerlukan waktu sampai 1.000 tahun untuk terurai.
San Francisco, di pusat wilayah pantai California, telah menjadi pelopor dalam upaya pengurangan limbah plastik di Amerika Serikat, seperti pengurangan bertahap penjualan botol plastik di wilayah yang disewa atau milik kota dan pelarangan penjualan air botolan melalui dukungan dana pemerintah kota.
Bandar udara itu, yang menghasilkan sebanyak 28 juta ton limbah per tahun, mulanya tidak dimasukkan dalam larangan tersebut. Pada awal tahun ini, bandar udara itu mengharuskan kemasan makanan beli-bawa-pulang dapat menjadi kompos, dan banyak kota praja melarang sedotan minum plastik.
Pedagang diperkenankan menjual air botolan di dalam simpanannya dan telah diberi informasi mengenai 25 pilihan botol beling dan kalengan.
Yakel mengatakan harapannya ialah agar pasar kemasan air yang berkelanjutan tumbuh, dan pembuat kemasan jus dan soda --yang tidak termasuk di dalam larangan itu-- mulai berinovasi.
Baca juga: Masuk Monas Bayar Botol Plastik
Baca juga: 40 Persen Pedagang Jamu Gendong di Riau Masih Pakai Botol Plastik yang Tidak Higienis
Sumber: Thomson Reuters Foundation
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Berita Lainnya
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB
Prototipe wahana berawak penjelajah Bulan milik China di tahap pengembangan awal
16 November 2024 13:47 WIB
Studi menunjukkan berjalan kaki diklaim dapat tingkatkan harapan hidup
16 November 2024 13:39 WIB
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB
Dokter: Air minum dalam kemasan galon tidak menyebabkan kemandulan pria
16 November 2024 13:00 WIB