Pemerintah Kota Dumai, Riau, kini tengah berupaya meningkatkan produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, melalui sistem ekstensifikasi atau perluasan areal.
Pemerintah Kota Dumai berkomitmen peningkatan produksi ikan akan jauh lebih maksimal dengan ekstensifikasi di sejumlah wilayah di Kota Dumai yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau peternak ikan.
Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disnakkanla) Kota Dumai, Syafrizal, kepada ANTARA di Dumai, Rabu, menerangkan, saat ini di Kota Dumai terdapat lima kecamatan meliputi Kecamatan Dumai Timur, Kecamatan Dumai Barat, Kecamatan Bukit Kapur, Kecamatan Medang Kampai, dan Kecamatan Sungai Sembilan dengan luas daratan yang terbentang rata-rata di atas 140 km persegi.
Dari luas daratan tersebut menurut dia nantinya akan dicari daratan yang sangat berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya ikan.
Untuk di wilayah kecamatan yang jauh dari laut, dia merencanakan pemberdayaan ikan dengan sistem pembangunan kolam-kolam kecil yang nantinya akan dikelola oleh warga tempatan.
Sementara untuk wilayah yang cenderung berdekatan dengan laut, dia merencanakan pembangunan tambak ikan dengan bibit ikan tawar.
Pembibitan ikan tawar pada tambak tersebut dilakukan mengingat perairan Dumai yang memiliki kadar air asin sangat minim bahkan hampir dirasa tawar sehingga baik untuk pengembangan atau budidaya ikan tawar seperti jenis nila, gurami, mas, dan jenis ikan tawar lainnya.
"Jika budidaya ini berhasil niscaya akan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dalam daerah, sehingga Dumai tidak lagi perlu dipasok ikan-ikan dari luar daerah seperti Sumatra Barat dan Sumatra Utara," katanya.
Syafrizal meyakinkan, dalam perbaikan atau peningkatan produksi ikan dengan sistem ekstensifikasi yang dilakukan di wilayahnya tersebut tidak akan merusak lingkungan yang berada di sekitarnsya.
Hal itu diyakininya menimbang daratan Dumai yang masih cukup luas untuk pengembangan berbagai industri termasuk pengembangan tambak dan kolam ikan bagi peternak dan nelayan.
"Semua langkah sudah dipertimbangkan dan dirasa sudah cukup maksimal," ujarnya.
Belum Memadai
Upaya peningkatan produksi ikan dilakukan Pemko Dumai menimbang pasokan ikan yang dihasilkan para nelayan di kota itu belum memadai untuk konsumsi dalam daerah.
Alhasil, ikan untuk masyarakat Dumai masih terus dipasok dari luar daerah, terutama dari kabupaten tetangga, Rokan Hilir dan Bengkalis.
"Jika pasokan ikan dari dua wilayah dalam provinsi ini masih juga kurang, maka kita akan meminta pasokan dari daerah lainnya yang ada di luar provinsi seperti Sumatra Barat dan Sumatra Utara," katanya.
Untuk itu, menurut Syafrizal, perlu adanya upaya peningkatan produksi ikan di Dumai yang diprioritaskan untuk konsumsi masyarakat setempat.
Saat ini, kata Syafrizal, produksi ikan di Kota Dumai masih berada jauh di bawah angka kebutuhan konsumsi masyarakat.
Dia mengatakan, untuk produksi ikan di Kota Dumai baik hasil budidaya maupun tangkapan nelayan saat ini masih sekitar 3 sampai 5 ton per hari.
Jumlah tersebut menurut dia hanya sekitar 20 sampai 30 persen dari kebutuhan konsumsi masyarakat Dumai.
Ia menguraikan, untuk hasil ikan budidaya berkisar antara 2,5 hingga 3 ton per hari, sementara ikan hasil tangkapan nelayan hanya 1 sampai 2,3 ton setiap hari.
"Yang lebih memprihatinkan, jumlah produksi ikan tersebut terus mengalami penurunan setiap tahun, dengan persentase rata-rata 10 persen," katanya.
Cuaca Buruk
Merosotnya jumlah produksi ikan di Kota Dumai dikatakan Kadis paling signifikan terlihat pada hasil budidaya. Sementara untuk hasil tangkapan nelayan, meski menurun, namun tidak separah pemerosotan hasil ikan budidaya.
Jika terjadi kemerosotan atas tangkapan nelayan, menurut Syafrizal, hal itu disebabkan faktor cuaca buruk sehingga terkadang nelayan mengurungkan niatnya untuk pergi melaut menimbang keselamatan jiwa mereka.
Selain kondisi cuaca, faktor penyebab menurunnya produksi ikan untuk jenis ikan laut diakuinya juga karena jumlah ikan di perairan Dumai yang terus berkurang.
Menurut Syafrizal, berkurangnya jumlah ikan yang ada di laut disebabkan tingginya jumlah penangkap asing di kawasan Selat Malaka atau antara perbatasan laut Indonesia dengan Malaysia.
"Belum lagi keberadaan laut Dumai yang banyak dilewati kapal industri pengangkut bahan bakar minyak. Sedikit banyak, keberadaanya itu juga dapat mengurangi jumlah ikan akibat berbagai kecelakaan laut seperti tumpahan minyak dan limbah," ujarnya.
Mengingat hal tersebut, tuturnya, Disnakkanla Kota Dumai berencana melakukan pengembangan di bidang peternakan ikan melalui pola ekstensifikasi, di samping sistem intensifikasi.