Mengembalikan kejayaan batu akik Kuansing

id Menguak kualitas, daya tarik batu cincin asal Kuansing

Mengembalikan kejayaan batu akik Kuansing

Batu akik kuansing (Antaranews/Arsipiyaldi).

Menguak kualitas, daya tarik batu cincin asal Kuansing
Kuantan Singingi Riau (ANTARA) - Kesukaan yang kini mulai jarang. Koleksi batu akik, baik itu untuk dipakai sebagai liontin maupun batu cincin. Asesori ini sempat booming dan harganya melambung di semua daerah Indonesia, bahkan

pemakainya tidak pandang umur maupun jender.

Kesenangan yang mungkin itu hanya ikut-ikutan atau menjadi hobby sendiri, mulai pudar, beda dari beberapa tahun sebelumnya dimana pada musimnya setiap pelosok daerah hingga ke pasar terlihat banyak pedagang dadakan, toko dan penjual batu akik. Dan lebih menariknya, hampir di setiap ada kedai kopi atau warung, pengunjungnya membicarakan hal ini.

Anak muda, dewasa hingga orang tua bercerita tentang keunikan dan keindahan batu yang dimiliki. Kuansing salah satunya daerah penghasil batu mulia menjadi sasaran empuk penggemar koleksi batu akik di daerah Riau. Di daerah ini sering juga digelar lomba keunggulan kekayaan alam tersebut.

Kota Jalur Teluk Kuantan yang kaya, terkenal dengan batu alamnya seperti batu kecubung, limau manis dan solar warna warni. Saat booming, semua batu akik tersebut susah dicari. Begitu didapat terutama yang berkualitas tinggi karena tembus sinar, harganya melambung.

Dengan kondisi demikian, terbukalah peluang bisnis, investasi dan jual beli batu akik. Bermunculan toko dadakan, pengelola pernak - pernik cincin, dan sebagainya.

Tak heran, banyak pemodal berinvestasi di bidang batu mulia tersebut karena dianggap dapat menghasilkan uang banyak.

"Batu solar, kecubung dan limau manis adalah menjadi andalan, buruan penggemar," kata salah satu penggemar batu akik di Kuasing, Nariman (54).

Ia mengatakan pada saat booming hampir setiap wilayah Kuansing menjadi incaran pencarian batu alam tersebut. Rasanya bukan warga Kuantan Singingi jika tak memakai batu akik di jari. Walaupun dengan harga yang tinggi, sedari sungai, hutan hingga penggalian lumpur dengan kedalaman mencapai puluhan meter, memang terlihat sedikit unik, namun karena lagi tren semua usaha dilakukan untuk mendapatkan batu mulia itu.

Saat warga menemukan batu bermutu tinggi misalnya tembus cahaya, keras dan berwarna menarik harganya sangat mahal.

Masyarakat terutama pencinta batu tidak lagi memikirkan tingginya harga, tetapi jangan sampai lepas ke tangan orang lain

yang berakibat kerugian dan penyesalan. Karena itu, jika ada yang unik, pasti langsung ada penawaran ini membuat pencari

dan pengelola akik bersemangat.

Butu akik dalam bahasa setempat disebut solar, limau manis, kecubung merupakan incaran banyak orang karena memiliki kualitas tinggi. Bahkan, pernah diukur kualitasnya ternyata tidak kalah dengan batu alam berasal dari daerah lain di Indonesia, lebih menarik lagi sinar merah batu limau manis memperlihatkan kecantikan dan keindahan tersendiri bagi pemakainya hingga diyakini memiliki pesona atau aura positif.

Berbagai daerah seperti Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Jakarta mengincar batu alam asal Kuansing, lebih - lebih saat

musimnya beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Pariwisata Kuansing Marwan menyebutkan, terasa bukan orang Kuansing jika tidak memakai batu cincin lokal.

Bahasa itu sangat mendukung warga baik sebagai pengrajin untuk membuka galeri, toko dan pengelolaan batu akik, setidaknya tidak ada istilah pengangguran, waktu dan peluang pasti dimanfaatkan untuk usaha yang satu ini secara mandiri maupun keluarga.

"Ini peluang usaha baru, bisa meningkatkan ekonomi keluarga," ujarnya.

Pengrajin batu akik. (Zuhdiar Laeis)
Kelebihan akik

Batu limau manis, disebut limau manis karena warnanya, seperti isi jeruk yang lagi masak, terlihat cantik, manis dan memiliki daya tarik sendiri. Dari sisi kualitas hasil uji menunjukkan sangat tinggi dan lebih bersinar dibanding batu dari daerah lain.

Batu kecubung, warnanya ada yang hitam dan biru, jika dipakai terlihat memesona, menarik bahkan sinar kilauannya memikat bagi yang memandang. Dipercaya, pemakai memiliki aura keberuntungan.

Batu solar juga tidak kalah menarik, tembus cahaya daya pikat luar biasa, warna terang seperti minyak solar, akan terlihat menarik jika dipasang di jari manis. Hal ini menjadi sasaran para pejabat, ibu rumah tangga dan pebisnis karena diyakini memiliki nilai positif.

Karena menjadi incaran, batu itu dikejar, dicari hingga ke dalam hutan, semak dan tepi sungai sepanjang wilayah Kota Teluk Kuantan. Pada saat seperti itu, tepi Sungai Kuantan bagaikan objek usaha dan wisata bagi penggemar batu cincin.

Cara memoles

Batu lokal masih berupa kasar, pecahan dan bongkahan belum berbentuk dijadikan menarik, pemilik usaha, pemodal menyiapkan sejumlah peralatan seperti mesin, listrik, tampungan air, kayu serta sarana lainnya baik besi, tali dan sekaligus mencari tempat strategis untuk tempat pengelolaan batu akik terutama yang mudah dijangkau, tidak mengganggu lingkungan.

Setelah menyiapkan peralatan dan sarana penunjang usaha. Sejumlah batu yang sudah siap dinilai dengan harga atau upah yang tidak terlalu mahal artinya terjangkau semua kelas masyarakat. Ini dalam rangka agar adanya daya tarik sendiri, menyiapkan ring dan batu yang bakal dijadikan cincin maupun kalung.

Selain dibuat sendiri untuk promosi dengan ukuran yang beragam, pengrajin promosi lewat media sosial dan sejumlah media lainnya, supaya lebih mudah mengusai pasar. Harga tidak terlalu mahal agar menjadi incaran pengoleksi batu akik.

Namun dalam pengelolaannya harus dikerjakan secara profesional, mengupayakan agar pelanggan dan pembeli menjadi puas, bukan asal-asalan yang mengakibatkan masyarakat kecewa.

Bertaraf nasional

Enam jenis batu akik Kuansing paling dicari penggemar saat ini,di antaranya batu limau mani, kecubung api, lumut Kuansing, panca warna, sunkiss dan solar kuansing.

"Yang paling banyak dicari enam jenis ini. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah," ujar Yuni, perempuan yang sudah beberapa tahun menjadi pengrajin batu akik di Teluk Kuantan.

Saat itu, dirinya sempat kewalahan menerima permintaan pembuatan cincin dalam beberapa bulan terakhir, hampir setiap hari tempat usahanya ramai dipadati pengunjung, walaupun pasar lagi sepi, namun hingga saat ini tetap bertahan.

"Tidak hanya masyarakat Kuansing tapi ada dari sejumlah Provinsi di Sumatera dan Pulau Jawa, serta Kalimantan," sebutnya.

Ia juga menjelaskan, dari sekian banyak batu yang diasahnya, dijual hanya batu akik Kuansing memiliki keunikan jadi incaran pembeli, kelebihannya selain memiliki banyak motif juga tidak terlalu keras, jika diasah justru mengkilap

dan memukau.

"Jujur batu bongkahannya sangat susah dicari. Bahkan batu dari luar banyak yang masuk ke sini untuk diolah," tambahnya.

Peluang bisnis prospek usaha

Hobby merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dari sisi kehidupan manusia, oleh karena hobby itulah, akan banyak sekali peluang usaha bermunculan karena adanya sebuah kesenangan, juga melahirkan kecintaan luar biasa, dimana menurut berbagai pendapat bahwa jika memiliki cincin yang unik, menarik kadang lupa dengan pekerjaan.

Mengoleksi, memiliki dan menjaga adalah hal utama dalam merawat batu akik, walaupun sambil duduk, diskusi biasanya penggemar menunjukkan koleksi batu cincinnya.

Dari hobby, membuka sebuah bisnis potensial, walaupun pasar lagi sepi, terbukti semua sudut kota ada toko/galeri batu alam ini. Penjualan lewat media sosial atau secara online juga menjanjikan.

Promosilebih

Batu di Kuantan Singingi ini kebanyakan berasal dari sejumlah tempat di antaranya Logas, Petapahan, Benai, Cerenti, Pantai Lubuk Ramo, Setiang, Muara Lembu, Pulau Pane Sungai Manau, Serosa, Sungai Tore Cerenti, dan Sungai Kuantan.

"Kalau yang paling mahal Limau Manis (LM) Kuansing," salah satu warga Kuansing Andi.

Untuk menaikkan derajat batu Kuansing, menurutnya, pemerintah perlu mempromosikan keluar daerah, agar lebih dikenal walaupun kondisi pasar lagi lesu.

Dengan beriring waktu, ternyata para penggemar batu akik, pebisnis dan penjual mulai redup di sejumlah wilayah Indonesia, berdampak juga kepada Daerah Kuansing, banyak toko tutup, pengelola rugi hingga pemilik batu akik menjual dengan harga murah koleksi pribadi.

Lesunya ekonomi salah satunya faktor menurunnya bisnis di bidang batu akik, apalagi di saat tidakada lagi kegiatan jual-beli maupun lomba yang digelar, sehingga masyarakat banyak yang beralih usaha lain yang menjanjikan.

Kendati minimnya pembeli, di sejumlah wilayah Kuansing masih ada sejumlah tempat yang masih membuka toko batu akik, pergi saja ke Pasar Rakyat yang terletak di kawasan kota Teluk Kuantan, hanya berjarak satu kilometer dari Taman Narosa tempat diselenggarakannya Festival Pacu Jalur (sampan panjang).

Di pasar tersebut, koleksi batu alam masih terlihat. Harganya masih bersaing dengan daya pikat tersendiri.

Masyarakat Kuansing berharap kejayaan batu akik kembali terulang seperti sekitar empat tahun lalu sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi dan roda-roda kehidupan lainnya.