Pekanbaru (ANTARA) - Provinsi Riau memiliki delapan kawasan hutan konservasi yang potensial untuk menjadi destinasi pariwisata berbasis sumber daya alam.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, di Kota Pekanbaru, Senin, mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup telah mengoptimalkan pergeseran paradigma pemanfaatan hutan tidak lagi sebatas menjaga dan menebang kayu, melainkan juga untuk sektor pariwisata.
“Intinya adalah prinsip penyelenggaraan pariwisata alam di kawasan konservasi. Konsep wisata menyesuaikan dengan bentang alam, bukan bentang alam dipaksa menyesuaikan konsep pariwisatanya,” kata Suharyono pada dialog “Tantangan Pengembangan Pariwisata Alam di Riau”.
Ia menjabarkan delapan kawasan konservasi yang bisa punya potensi wisata di Provinsi Riau, antara lain adalah Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina di Kabupaten Kampar, dan TWA Sungai Dumai di Kota Dumai.
“Di Buluh cina tiap Sabtu-Minggu sudah digunakan untuk lokasi pre-wedding dan banyak anak-anak remaja. Di TWA Sungai Dumai yang suka trek sepeda tanah, kita punya trek 12 kilometer keliling dan tidak aspal. Ada dikembangkan rumah pohon dan permainan flying fox di sana,” ujarnya.
Ketiga, ada potensi pariwisata minat khusus di Taman Nasional Zamrud di Kabupaten Siak. Taman nasional yang tergolong baru ditetapkan di Provinsi Riau ini tengah disusun struktur organisasinya, dan pengembangan zonasi untuk pariwisatanya didukung oleh Pemerintah Kabupaten Siak.
“Taman Nasional Zamrud grand desain wisata pengembangan di sana, dan zonasi sudah selesai disana,” ujarnya.
Baca juga: Ini Cerita Joe Taslim Sehabis Jelajahi Bukit Rimbang Baling Kampar
Kemudian ada Suaka Margasatwa Tanjung Padang, Tasik Belat, Tasik Besar Serkap dan Tasik Serkap, serta terakhir Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang Bukit Baling.
SM Bukit Rimbang Baling di Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi paling memungkinkan untuk dikembangkan dibandingkan lokasi lainnya yang sangat sulit diakses. SM Rimbang Baling bisa diakses dengan kendaraan bermotor selama 2,5 jam dari Kota Pekanbaru dan melanjutkan dengan perahu kayu.
Di dalam kawasan itu sudah terdapat 12 desa yang ada di dalam kawasan dan hingga kini baru bisa diakses melalui Sungai Subayang. Ke depannya, Suharyono mengatakan sudah ada kesepakatan dari BBKSDA Riau , Pemerintah Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Raja Kerajaan Gunung Sahilan sebagai pemuka adat yang diakui warga setempat, untuk menjaga daerah itu.
Sebagai balasannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengizinkan pembangunan jalan partisipatif untuk sedikit membuka keterisoliran daerah itu sekaligus mempermudah pengembangan pariwisata. Jalan selebar satu meter dan tidak diaspal itu nantinya akan dijaga oleh polisi adat dari 12 desa yang ada di sana.
“Jalur intrepertasi 38 kilometer ini lebar hanya satu meter, dan tidakboleh nebang pohon dalam pembuatannya. Bukan jalan beton dan aspal, tapi paving sehingga air tetap bisa mengalir,” katanya.
Baca juga: Beginilah Kemeriahan Festival Subayang di Bukit Rimbang Baling Kampar
Berita Lainnya
Lebaran jadi tuas pendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
15 April 2024 15:20 WIB
Menhub Budi Karya minta jajaran di daerah pastikan kelaikan operasi bus pariwisata
03 April 2024 10:18 WIB
Riau tawarkan 12 destinasi wisata pada libur Lebaran 2024
02 April 2024 0:59 WIB
Dispar: Penggunaan Bali jadi latar film bisa bantu promosi objek pariwisata
23 March 2024 13:44 WIB
Digitalisasi desa wisata tumbuhkan sektor pariwisata di Lampung
16 March 2024 14:59 WIB
Kemenparekraf perkuat pengembangan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif lewat rakornis
15 March 2024 12:17 WIB
Menteri PUPR Basuki sebut Embung Wanakaya beri manfaat irigasi dan pariwisata
03 February 2024 13:15 WIB
Soal tiket pesawat murah, Ganjar Pranowo: Ekosistem pariwisata mesti dibangun
09 January 2024 11:23 WIB