Pekanbaru (Antaranews Riau) - Tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel dan penginapan di Kota Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, meningkat drastis karena penyelenggaraan Festival Perang Air yang berlangsung hingga pertengahan Februari 2019.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kepulauan Meranti, Raden Uyung Permadi Salis ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu, mengatakan dampak positif Festival Perang Air yang berlangsung sejak perayaan Imlek pada 5 Februari lalu, terasa selama hingga enam hari ke depan untuk bisnis perhotelan.
“Selama Imlek season hari 1 sampai 3 okupansi sekitar 75 persen. Hari ke 4, 5, 6 (okupansi) 100 persen,” kata Uyung.
Baca juga: Perang Air Selatpanjang Akan Tercatat di Museum Rekor Indonesia
Ia mengatakan dari seluruh hotel berbintang, hotel kelas melati hingga wisma yang ada di Selatpanjang, total ketersediaan akomodasi mencapai 385 kamar. Ketika tidak ada perayaan Imlek dan Festival Perang Air, lanjutnya, tingkat okupansi hanya 30 persen.
Ia mengatakan, sebenarnya anggota PHRI setempat juga menawarkan jasa penginapan di rumah penduduk (homestay) namun tidak semua wisatawan mau layanan itu.
“Rombongan Singapura 30 orang pun batal karena kamar hotel habis,mereka tidak mau nginap di rumah penduduk,” ujarnya.
Meski begitu, ada juga warga negara asing (WNA) yang tidak keberatan menginap di rumah penduduk. “Seperti tahun kemarin, WNA ada orang Korea mereka tinggal di rumah penduduk. Orang Korea sembilan orang,” lanjut Uyung.
Baca juga: Serunya Festival Perang Air di dalam Terowongan Air di Selatpanjang
Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat “Cian Cui”, membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lainnya.
Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemas Cian Cuisebagai festival pada 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.
Tradisi perang air berlangsung setiap sore hari sejak Imlek tanggal 5 Februari 2019, dan puncaknya adalah perayaan Imlek hari ke-7 pada tanggal 11 Februari. Warga setempat dan wisatawan saling menyiram air di rute yang ditentukan, dan ada yang menggunakan becak motor sebagai kendaraan selama acara.
Rute perang air melalui jalan-jalan protokol, seperti Jalan A. Yani, Tebing Tinggi, Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Setelah dikemas dalam bentuk festival, acara ini berlangsung setiap sore hari sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.
Berdasarkan catatan Antara, Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan nusantara,3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat.
Baca juga: "Medan Laga" Perang Air Jadi Magnet Wisata Pesisir Riau
Berita Lainnya
PHRI ungkapkan sejumlah hotel di Kepri jadi korban peretasan
13 August 2024 15:49 WIB
Sejumlah akun bisnis hotel diretas, PHRI lapor ke Siber Bareskrim Polri
12 August 2024 12:22 WIB
PHRI terus berupaya agar wisatawan kembali ramai datang ke Bukittinggi
29 June 2024 16:49 WIB
PHRI: Cek dan pesan akomodasi jauh hari sebelum berlibur
21 December 2023 14:36 WIB
PHRI Kota Batu sebut jumlah kunjungan wisatawan naik saat akhir tahun
31 October 2023 14:38 WIB
Ketua terpilih PHRI Solo pastikan akan dukung program pemerintah
26 October 2023 12:52 WIB
PHRI imbau para penonton konser Coldplay luar kota segera reservasi hotel
17 May 2023 10:22 WIB
PHRI apresiasi LKPP untuk masukan akomodasi hotel sebagai layanan di e-katalog
12 April 2023 10:07 WIB