Pekanbaru, (Antarariau.com) - Calon Gubernur Firdaus sepakat dengan konsep pengembangan ekonomi nasional yang menempatkan industri pariwisata menjadi lokomotif untuk sektor-sektor lainnya dalam meningkatkan pendapatan negara, termasuk pendapatah daerah seperti Provinsi Riau. Namun pariwisata akan sulit berkembang jika persoalan Jalita tidak teratasi. Apa itu Jalita?
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan media di sela-sela kampanye dialogis ke sejumlah daerah belum lama ini, Calon Gubernur nomor urut 3 DR H Firdaus ST MT mengungkapkan Jalita adalah singkatan dari Jalan, Listrik, Irigasi dan Transportasi. "Intinya infrastruktur mesti mendapat perhatian utama dan bagi Provinsi Riau hal itu sangat mendesak saat ini," ujar Firdaus.
Sebagai pejabat yang sangat berpengalaman di bidang pekerjaan umum, Firdaus mengakui jika selama masa kampanye yang sudah dijalaninya persoalan yang banyak disampaikan masyarakat dan diiventarisirnya adalah seputar Jalita tersebut.
Selama agenda kunjungan saya, persoalan yang sementara ini saya inventarisir meliputi bidang saya, yakni Jalita, jalan, listrik, irigasi atau drainase dan transportasi yang umumnya banyak permintaan membangun jembatan. Sebagai orang yang berpengalaman 32 tahun bekerja di PU, saya akan fokus untuk pembangunan infrastruktur tersebut bila nanti diamanahkan memimpin Provinsi Riau. jelas Firdaus.
Bila infrastruktur memadai dan kondisinya bisa ditingkatkan dibandingkan dengan situasi yang ada di Riau saat ini, Firdaus optimis sektor-sektor lain yang selama ini terpuruk akan bisa dibangkitkan lagi. Pertumbuhan ekonomi Riau yang ambruk diyakini Firdaus akan dapat bergerak naik kembali seperti masa-masa lima hingga 10 tahun silam.
Dari hasil perjalanannya keliling Provinsi Riau beberapa bulan terakhir, Firdaus menyimpulkan sektor industri pariwisata ke depannya juga akan menjadi primadona baru dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian daerah di Riau, di saat sektor-sektor lainnya tak mampu memberikan kesejahteraan. Untuk hal itu, diakui Firdaus, dia bersama pasangannya di Plgubri 2018, Cawagub H Rusli Effendi,MSi, sudah memiliki konsep pengembangan pariwisata yang nantinya diharapkan menjadi salah satu 'tulang punggung' perekonomian Riau.
Apa yang ada di pikirannya, menurut Firdaus sejalan dengan yang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo, di mana pemerintah menetapkan bidang industri pariwisata sebagai primadona pendapatan negara di masa depan. "Karena migas sudah tak bisa diandalkan, batu bara berat, karet juga begitu, fluktuasi harganya membuatnya semakin sulit, maka kita perlu melihat sektor potensial yang kita miliki," katanya.
Untuk Provinsi Riau, kata Firdaus, salah satu ide yang disiapkannya tersebut dengan menjadikan Kota Pekanbaru sebagai kota Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Nah, untuk menunjangnya, Kabupaten Kampar, Pelalawan, Siak, Bengkalis dan Rokan Hilir disiapkan sebagai kota tujuan wisata, baik alam, budaya dan lainnya.
Salah satu contoh di Kabupaten Kampar, kata Firdaus, banyak sekali wisata alam yang nantinya bisa dikelola sebagai objek wisata andalan. Sebut saja Danau Rusa, sejumlah goa cantik, air terjun dan lainnya yang juml;ahnya juga sangat banyak. "Nanti di Pelalawan, Siak, Bengkalis dengan Rupatnya atau Rokan Hilir dengan Pulau Jemur, juga seperti itu," katanya.
"Makanya ini akan kita godok bersama-sama asosiasi yang ada, baik hotel, kuliner dan asosiasi lainnya, bagaimana nantinya ini akan menjadi paket wisata menarik dan betul-betul memberi nilai tambah bagi daerah dan juga masyarakat. Kita juga inginkan masyarakat berperan aktif nantinya," terang Firdaus.
Hanya saja, kata Firdaus, yang perlu diingat bahwa tanpa membangun infrastruktur pendukung yang memadai, rencana besar itu akan jadi sia-sia belaka. Makanya kata Firdaus jika nanti dipercaya jadi Gubernur Riau ia kan menyiapkan itu semua, memang butuh waktu, tapi semua pihak harus yakin dan mau bekerjasama.
"Industri Pariwisata ini adalah lokomotifnya yang pada akhirnya nanti akan menarik sektor-sektor lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Jika pariwisatanya jalan, ekonomi juga jalan, industri kreatif jalan, hotel, kuliner dan lainnya juga tumbuh, lapangan pekerjaan terbuka," tegasnya.
Namun, industri pariwisata tidak akan mungkin didatangi atau dikunjungi para pelancong jika kondisi jalan buruk dan hancur-hancuran. Juga, para wisatawan akan malas datang bila destinasi wisata itu tidak memiliki instruktur pendukung seperti listrik, air bersih dan fasilitas lainnya.
"Karena itu, membangun pariwisata sebagai primadona Riau sangat bergantung kepada Jalita tadi. Bagaimana mungkin wisatawan mau datang jika jalan ke kawasan destinasi itu buruk dan bikin mual atau kelelahan. Ditambah lagi kalau listriknya tidak memadai. Pariwisata itu identik dengan kenyamanan," tutur Doktor Ilmu Pemerintahan lulusan IPDN Jatinangor, Bandung tersebut. (*)