Pekanbaru, (Antarariau.com) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau kembali mendeteksi keberadaan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) di sekitar kawasan konflik harimau dan manusia di Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Selasa ,mengatakan harimau sumatra tersebut sempat mengejar seorang karyawan perusahaan di areal konsesi hutan tanaman industri.
"Laporan terbaru dari lapangan, seorang karyawan perusahaan sempat dikejar oleh harimau sumatra. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut," katanya.
Di sekitar lokasi itu, sebelumnya seekor harimau sumatra betina yang diberi nama Bonita menyebabkan dua warga meninggal dunia pada awal Januari dan pertengahan Maret 2018. Namun, dalam insiden terakhir yang terjadi pada Senin (2/4) tersebut, Hutomo belum dapat memastikan apakah harimau itu Bonita atau harimau lainnya.
Bonita sempat menghilang dan masuk ke hutan dalam sepekan terakhir. Kawasan hutan yang dimaksud merupakan jalur hijau atau "green belt" yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Selama dua bulan terakhir Bonita terus berkeliaran di perkebunan sawit milik perusahaan Malaysia tersebut. Selama itu pula si raja rimba yang diketahui berjenis kelamin betina dan berusia sekitar empat tahun tersebut menewaskan dua manusia.
Hutomo menjelaskan pascapenembakan bius yang dilakukan tim pada 16 Maret 2018 lalu, Bonita mulai sadar akan kebeberadaan petugas. Raja rimba itu mulai menyingkir dan meninggalkan kawasan perkebunan dan mulai masuk ke jalur hijau yang diperkirakan memiliki luas sekitar 22 kilometer persegi.
Namun, pada Senin kemarin tim kembali mendapat laporan kemunculan harimau sumatera meski belum dapat dipastikan apakah predator itu Bonita atau lainnya. Terlebih lagi, lokasi kejadian tidak berada di perkebunan sawit asal Malaysia, PT THIP melainkan di areal konsesi HTI PT SPA.
Untuk itu, dia mengatakan pihaknya yang dibantu aparat TNI, Polri dan pemerintah setempat mengambil sejumlah langkah dalam menangani konflik lanjutan tersebut di antaranya pemasangan kamera pengintai, yang sebelumnya telah dipasang di sejumlah titik serta meningkatkan patroli gabungan.
"Hari ini kami memasang kamera pengintai di lokasi untuk mengetahui identitas harimau tersebut serta patroli intensif dan siaga bius," jelas Hutomo.
Selain itu, Hutomo juga menjelaskan pihaknya telah menyiapkan umpan-umpan di posisi strategis untuk memancing keluar satwa dilindungi tersebut.
Bonita menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu terakhir setelah menewaskan dua korban. Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir, Yusri Efendi (34) meninggal di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
***3***