Yerusalem (ANTARA) - Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, menghadapi tekanan keras dari pemerintah Amerika Serikat dalam kunjungannya ke Washington, Senin (1/7), untuk segera menyepakati gencatan senjata permanen dan pertukaran sandera dengan Hamas di Jalur Gaza.
Dikutip dari The Times of Israel, perundingan gencatan senjata masih menemui jalan buntu karena perbedaan besar: Hamas menuntut diakhirinya perang secara permanen, sementara Israel hanya bersedia menghentikan pertempuran sementara dengan opsi melanjutkan serangan di masa depan.
Baca juga: Haaretz Ungkap: Korban Jiwa di Gaza Hampir Capai 100 Ribu
Salah satu titik gesekan lain adalah sistem distribusi bantuan kemanusiaan. Hamas menolak mekanisme Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang saat ini dikendalikan oleh pihak swasta dengan dukungan AS dan Israel. Sistem itu dinilai menyulitkan warga sipil karena memaksa mereka melintasi garis militer dan menghadapi risiko ditembak.
Sementara itu, Gedung Putih, menurut Haaretz, menegaskan kepada Dermer bahwa menghentikan operasi militer dan menyelamatkan sandera kini harus menjadi prioritas utama. Bahkan Presiden AS Donald Trump, yang baru-baru ini menengahi gencatan senjata antara Israel dan Iran, mengirim pesan singkat yang mengarah langsung ke Perdana Menteri Benjamin Netanyahu:
“Buat kesepakatan di Gaza, pulangkan para sandera.
Baca juga: PBB Soroti Krisis Gizi Anak di Gaza
Militer Israel, menurut laporan Channel 12, telah meminta pemerintah segera memutuskan: melanjutkan operasi militer penuh atau menyepakati pertukaran sandera. Pilihan militer cenderung mendukung opsi damai karena dinilai nyaris tak ada lagi target strategis tersisa tanpa mengancam nyawa para sandera.
Kunjungan Dermer ke Washington disebut sebagai pemanasan jelang kunjungan Netanyahu dalam dua pekan ke depan. Pemerintah AS berharap kesepakatan dapat tercapai sebelum kunjungan tersebut, sebagai langkah nyata menuju akhir konflik yang telah berlangsung hampir 19 bulan.