Masyarakat Mulai Mengungsi Antisipasi Erupsi Gunung Agung

id masyarakat mulai, mengungsi antisipasi, erupsi gunung agung

Masyarakat Mulai Mengungsi Antisipasi Erupsi Gunung Agung

Denpasar, (Antarariau.com) - Status siaga Gunung Agung akibat meningkatnya kegempaan vulkanik telah menyebabkan masyarakat di lereng gunung Kabupaten Karangasem, Bali itu mulai mengungsi.

Gunung yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut itu sejak pertengahan Agustus 2017 mulai beraktivitas, namun kemudian sempat hilang dan muncul lagi sejak awal September dan kini aktivitasnya semakin meningkat.

Masyarakat Karangasem yang mengungsi secara mandiri ke berbagai tempat hingga Rabu malam (21/9) mencapai 1.259 orang, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.

Mereka mengungsi secara mandiri ke daerah tetangga yakni Kabupaten Buleleng, Klungkung dan daerah Karangasem sendiri, namun lokasinya aman dari aktivitas Gunung Agung.

TNI, Polri dan seluruh instansi terkait di Bali menyiapkan tempat mengungsi baik di tenda-tenda, balai banjar, dan fasilitas umum lainnya.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan kesiagaan pemerintah daerah menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Agung dari sisi posko pengungsian, tenda, upaya evakuasi hingga pengamanan.

Bahkan menurut mantan Kapolda Bali itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei sudah datang menemuinya dan menyatakan kesiapannya mendukung operasi tanggap bencana di Bali.

Dengan demikian semuanya akan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal, jika kekurangan biaya pemerintah pusat akan ikut membantunya, termasuk peralatan dan kemampuan teknis.

Kelompok yang rentan yang perlu mendapat perioritas yakni lanjut usia (lansia), balita, penyandang disabilitas, ibu hamil, orang dengan gangguan jiwa dan berada pada radius enam kilometer dari Gunung Agung agar mau dengan sukarela dievakuasi.

Tempat evakuasi yang telah disediakan cukup nyaman. Anak sekolah dititipkan di sekolah terdekat dengan penampungan sementara, yang sakit mendapat perawatan, karena tim medis siaga.

Demikian pula TNI dan Polri sudah siap membantu evakuasi karena mereka merupakan sumber daya yang cukup handal dalam menghadapi bencana.

Oleh sebab itu dengan berbagai upaya dan persiapan yang dilakukan selama ini, Gubernur Pastika optimistis mampu meminimalkan sekecil mungkin kerusakan atau hal-hal yang tidak diinginkan dari bencana erupsi.

Gubernur Pastika bersama jajaran dan masyarakat setempat juga telah menggelar kegiatan ritual "pengelempana" atau penduh jagat di Pura Besakih, di lereng kaki Gunung Agung untuk memohon secara niskala (spiritual) agar Tuhan/Ida Bhatara "suweca" (mengabulkan) bencana ini tidak terjadi.

Tiga tempat

Tiga tempat yang menjadi lokasi penggungsi meliputi Desa Nongan di Kabupaten Karangasem, Desa Tembok dan Sambirenteng di wilayah Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng dan Gedung Olah Raga (GOR) Swecapura, Kabupaten Klungkung.

Menurut Bendesa Pakraman (Ketua Adat) Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem I Gusti Ngurah Wiryanata, pihaknya mempersiapkan fasilitas balai banjar dan rumah pendduduk yang telah menampung ratusan jiwa dari Banjar Temukus, Desa Besakih yang rawan bencana Gunung Agung.

Pengurus banjar dan warga sebelumnya sudah bergotong-royong mempersiapkan sarana umum dipasang perlengkapan berupa karpet, tikar, penerangan listrik hingga kamar mandi serta dapur umum yang dilaksanakan secara swadaya.

Hal itu dilakukan setelah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk selalu siaga serta menyiapkan fasilitas penampungan yang kini sudah dimanfaatkan dengan baik.

Sementara yang mengungsi ke Desa Tembok dan Sambirenteng di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng sebanyak 509 jiwa berasal dari Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.

Menurut Kepala Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara, para pengungsi itu kebanyakan dari Desa Ban dan Dukuh yang memang berlokasi di radius dekat dengan Gunung Agung.

Mereka ditempatkan di aula Kantor Desa Tembok, tersebar di rumah-rumah penduduk, masing-msing kepala keluarga menampung 5-7 orang.

Sedangkan yang mengungsi ke ke GOR Swecapura, Kabupaten Klungkung sebanyak 378 orang warga Desa Sebudi, Kabupaten Karangasem.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Kabupaten Klungkung Putu Widiada telah mengupayakan sarana mandi cuci yang ada dengan memanfaatkan aliran parit di selatan GOR tersebut.

Selain itu membuatkan pelayanan areal pos pengungsian, memaksimalkan gedung GOR sebagai tempat hunian layak untuk para pengungsi serta menyiapkan pos pengungsi alternatif jika kapasitas tidak mencukupi yakni di Balai Budaya Ida I Dewa Istri Kanya dan tenda posko di Lapangan Puputan Klungkung.

Sementara Komandan Korem 163/Wira Satya Kolonel Arh I Gede Widiyana dalam kesempatan terpisah menegaskan, TNI telah mendirikan 20 tenda pengungsian di sejumlah titik di Kabupaten Karangasem yang aman dari erupsi Gunung Agung.

Upaya itu diimbangi dengan dua dapur lapangan, disamping sejumlah tenda cabangan sebagai upaya antisipasi di sejumlah daerah rawan bencana antara lain di Manggis, Ulakan dan Padangbai, Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Bangli.

Semua persiapan yang telah dilakukan diimbangi dengan menyiagakan sekitar 1.066 personel atau sekitar 2/3 dari seluruh kekuatan Korem 163 Wira Satya.

Skenario evakuasi warga telah disiapkan bekerja sama dengan instansi terkait lainnya, jika status aktivitas gunungapi tersebut meningkat menjadi level awas.

Dalam skenario tersebut, tim terpadu dapat memaksa warga yang berada di daerah rawan ke tempat yang lebih aman atau ke tempat pengungsian, apabila sudah dalam level awas namun warga menolak untuk dievakuasi.

TNI telah berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Bali, BPBD Kabupaten Karangasem, Pemkab Karangasem, kepolisian dan onstansi terkait.