Pekanbaru (Antarariau.com) - Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengaku terkejut terkait hasil survei Bank Indonesia (BI) bahwa pariwisata di provinsi tersebut baru 27 persen dibenahi.
"Artinya 73 persen faktor pendukung pariwisata di Riau belum memadai hingga kini," ucap Arsyadjuliandi di Pekanbaru, Selasa.
Meski demikian secara umum pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan pertama tahun 2017 sebesar 2,82 persen.
Pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut menunjukkan kenaikan, jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2016 cuma 2,22 persen.
Ia mengakui, sektor pariwisata memang menjadi fokus yang harus dibenahi pemerintah kabupaten/kota di Riau karena saat ini masih jauh dari harapan.
Terutama sebagai penunjang ekonomi di daerah, dan sebagai pengganti minyak dan gas bumi serta perkebunan kelapa sawit.
"Sektor ini (pariwisata), masih lemah. Penyebab diantaranya masalah infrastruktur tidak memadai, lalu SDM (Sumber Daya Manusia) tenaga kerja yang masih lemah," kata dia.
Pemerintah Provinsi Riau telah meminta supaya pemerintah pusat dapat membantu pengembangan sektor pariwisata di Riau melalui dana alokasi khusus.
"Soal potensi destinasi wisata unggulan di Riau seperti Bono, Bakar Tongkang, Paju Jalur dan lain-lain. Telah kita minta perhatian pemerintah pusat," tutur Arsyadjuliandi.
Hasil survei Bank Indonesia Provinsi Riau menyebut, 73 persen sektor pariwisata di Riau perlu segera dibenahi. Cuma 27 responden menganggap pariwisata di Riau telah baik.
"Padahal sektor pariwisata diharapkan memberi potensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Riau tahun ini, selain migas dan kelapa sawit," ujar Kepala Kantor BI Perwakilan Riau, Siti Astiyah.