Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kelompok Tani Jaya di Dusun Suka Jaya Desa Pinang Sebatang Barat, Kabupaten Siak, Provinsi Riau mengaku mendapatkan manfaat dari Program Desa Makmur Peduli Api yang digagas Sinar Mas Forestry.
"Kita bersyukur mendapatkan program DMPA, perusahaan memberi modal untuk lembaga desa dikembangkan. Dalam wadah itu kemudian dipinjamkan ke petani lain untuk berkembang," kata Ketua Kelompok Tani Jaya, Suryono di Siak, Kamis.
Suryono dalam hal ini menginisiasi kelompok tani untuk beralih dari menanam sawit ke holtikultura. Tahun 2015 dia dibantu modal untuk tanaman jagung dengan pola ketika panen dibayar dan keuntungan untuk petani.
"Itu berhasil lalu dipinjamkan lagi untuk tanam melon. Ada kendala kekurangan air lalu kami ajukan bantuan buat embung air. Lalu dibantu alat berat," ungkapnya.
Saat ini dia membawahi 18 petani holtikultura, peternakan dan perikanan, masing-masing petani punya sendiri lahan hektare dalam lahan tanaman kehidupan anak perusahaan Sinar Mas, PT Arara Abadi yang totalnya 770 hektare.
Dia mengatakan dirinya menyadari dulu dengan kebun sawit hanya bisa dapat Rp2 juta per bulan. Saat ini holtikultura pendapatan kotor Rp25 juta per bulan dibagi dengan enam di lahannya menjadi Rp4-5 juta per bulan.
"Kita punya pemasaran sendiri, ada dua orang turun langsung ke Pasar Perawang," ungkapnya.
Atas keberhasilan tersebutlah Suryono bisa terbang ke Negara Maroko menjadi pembicara Konferensi Tingkat Tinggi PBB Perubahan Iklim atau COP-22. Dia di sana sebagai petani yang sukses karena beralih dari praktik pertanian yang mendegradasi lingkungan, menuju ke pengelolaan lahan hutan berkelanjutan.
Saat ini dia juga mulai menanam cabai saat ini dengan harga pasaran Rp45 ribu per kg. Sempat tinggi mencapai Rp85 ribu per kg, tapi meskipun untung dengan harga tinggi dia mengaku tidak tega juga melihat pembeli terbebani.
Forest Protection PT Arara Abadi di area Suryono, Aep Mahmudin mengatakan pihaknya juga menggulirkan bantuan cabai kepada Suryono sebagai contoh menjelang masyarakat lain menanam komoditas tersebut. Selain itu, di lahan Suryono juga ada Sapi dan Kambing masing-masing tiga paket, dan holtikultura Jagung, Bayam, serta perikanan ada Ikan Lele dan Ikan Patin.
Program DMPA, katanya, merupakan gerakan terintegrasi dalam memberdayakan masyarakat di wilayah konsesi pemasok APP Sinar Mas untuk mengembangkan mata pencaharian sehari-hari. Landasan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini adalah dengan memanfaatkan bidang agroforestri (wanatani).
"Masyarakat diarahkan dan dibina untuk berdaya dan sejahtera secara sosial-ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya (alam dan manusia) yang sesuai dengan potensi dan karakteristik lokal.
Pendekatan ini dilakukan agar masyarakat desa mampu mempraktikkan pencaharian nafkah secara berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, sekaligus membangun kemandirian secara sosial-ekonomi. Jadi kalau masyarakat sudah makmur tentu tidak membakar lahan lagi," ujarnya.
Target Sinar Mas mewujudkan DMPA di 500 desa yang berada di sekitar wilayah konsesi APP sampai dengan tahun 2020. Prigram ini untuk mendorong pertanian dan kegiatan ekonomi alternatif yang menerapkan kebijakan tanpa bakar (zero burning policy).
Berikut Video lahan Suryono di bawah ini
Berita Lainnya
Video - Pansus DPRD Riau kantongi bukti tumpang tindih izin lahan masyarakat vs PT Wanasari
23 February 2022 15:13 WIB
Video - Sidak PT Langgam, DPRD Riau temukan perambahan lahan di luar HGU
16 January 2020 23:30 WIB
VIDEO - Guru ini tertangkap basah saat bakar lahan di Rokan Hilir
06 November 2019 18:18 WIB
VIDEO - Gubernur Riau akan bekukan izin korporasi pembakar lahan
20 September 2019 19:54 WIB
(VIDEO) - 20 hektare lahan sekitar konsesi perusahaan terbakar
05 August 2019 16:30 WIB
Vidio - Karhutla di Pulau Rupat membara lagi, puluhan hektare kebun warga terbakar
16 March 2019 20:21 WIB
(Video) KKR Laporkan 33 Perusahaan Sawit Kuasai Lahan Secara Ilegal
16 January 2017 11:20 WIB
Berbagi Pengalaman, Suryono Ajak Petani Jadi Tuan Di Tanahnya Sendiri
17 April 2017 21:35 WIB