Siak (Antarariau.com) - Masyarakat Kabupaten Siak secara turun temurun percaya bahwa salah satu cara membuang malapetaka dan bencana yang datang ke daerah setempat melalui ritual religi atau mereka sebut dengan istilah "Ghatib Beghanyut".
"Marilah kita suluh dan cuci negeri ini dari berbagai hal yang tidak senonoh dan segala yang tidak patut," ujar Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Kabupaten Siak Zulkifli saat ritual religi "Ghatib Beghanyut" di Siak, Jumat (18/11) malam.
Kegiatan ritual religi tersebut berlangsung usai shalat Isya. Seratusan warga Siak memakai pakaian berwarna putih dan berkumpul di pelabuhan LLDADP yang berada di tengah kota Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak guna melakukan ritual dzikir di atas kapal feri besar dengan menyeberang atau dihanyutkan menuju Belantik.
"Ghatib Beghanyut" adalah kegiatan dzikir yang dilakukan di atas perahu, dan seiring derasnya arus Sungai Siak membuat perahu hanyut menuju Belantik.
Istilah "Ghatib Beghanyut" merupakan kalimat dari dua unsur kata, "Ghatib" merupakan orang alim bersama rombongan hanyut di atas perahu, sedangkan "Beghanyut" artinya hanyut.
"Ghatib Beghanyut" diikuti sejumlah jamaah masjid dan mushalla serta warga Muslim Kabupaten Siak. Selama kegiatan doa dan dzikir didengungkan di atas kapal yang berada di tengah Sungai, mereka memohon doa pada Allah agar "negeri istana" dijauhkan dari malapetaka.
"Kegiatan ini merupakan kegiatan agama, sakral, dan religius, karena bukan sembarangan beranyut melainkan berzikir kepada Allah SWT," ucap Bupati Siak Syamsuar.
Dia mengatakan "Ghatib Beghanyut" merupakan tradisi yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat Siak yang kental dengan keislaman dan terus dilestarikan setiap tahunnya, terutama untuk meningkatkan keimanan.
"Tradisi ini kita masukkan ke dalam kalender kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Siak. Selain kegiatan ini sangat mulia, tentunya akan menarik perhatian banyak orang, yang akan tertarik untuk ikut dimasa-masa mendatang," ucapnya.
Menurut dia, "Ghatib Beghanyut" bisa menjadi wisata religi di Kabupaten Siak. Apalagi, sejak tiga tahun belakangan tradisi tersebut sudah mulai populer di berbagai daerah.
"Semoga apa yang kita hajatkan ini, negeri isyana terhindar dari segala musibah dan dijauhkan dari marabahaya. Semoga masyarakat juga diberi kemurahan rezeki, cucuran rahmat, nikmat, serta disayangi Allah SWT," kata orang nomor satu Siak itu.
Oleh: Nella Marni
Berita Lainnya
Dendi Zulhairi : Julang Budaya wadah lestarikan kekayaan budaya di Kampar
26 October 2024 13:42 WIB
Bupati Kuansing ajak masyarakat lestarikan budaya gotong royong
15 September 2024 15:01 WIB
Lestarikan kesenian tradisional Indonesia dengan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda
23 November 2023 16:48 WIB
Polri komitmen turut lestarikan budaya lewat pagelaran wayang kulit
06 July 2023 10:11 WIB
Pagelaran Julang Bermasa di Bengkalis jadi ajang lestarikan budaya
24 December 2022 19:04 WIB
Pemerintah ajak masyarakat untuk lestarikan budaya lewat konten kreatif
10 August 2022 14:50 WIB
Pj. Bupati Kampar minta lestarikan adat istiadat dan budaya Kampar
06 August 2022 17:14 WIB
Buka festival lampu colok, Bupati Kasmarni ajak lestarikan budaya Melayu
28 April 2022 23:15 WIB