Jakarta (Antarariau.com)- Teater Koma kembali menghadirkan lakon berjudul "Opera Kecoa". Lakon karya Nano Riantiarno itu pertama kali dipentaskan Teater Koma pada 1985, 31 tahun lalu di Graha Bhakti Budaya.
"Ini dipentaskan 31 tahun yang lalu, tahun 1985, kemudian tahun 2003 kami pentaskan di sini (Jakarta) dan di Bandung. Ini betul-betul tidak saya ubah (naskahnya)," kata Nano Riantiarno ditemui usai preview pentas "Opera Kecoa" di Graha Bhakti Budaya, Jakarta Pusat, Rabu.
Opera Kecoa berkisah tentang orang-orang kecil yang menghadapi kenyataan keras.
Perjuangan seorang bandit kelas teri, Roima, yang sedang berada di persimpangan jalan. Dia tertarik kepada Tuminah, seorang Pekerja Seks Komersial, meski sudah punya pacar Julini si waria.
Ketiga orang tersebut dan tokoh-tokoh lainnya melakoni perjuangan hidup yang hanya punya dua resiko: jadi ada atau tersingkir.
Nasib baik jarang memihak mereka. Tempat mereka seperti sudah digariskan: gorong-gorong, di dalam got, di kolong jembatan, di kawasan kumuh yang jorok, yang gelap dan berbau busuk.
"Pertanyaannya adalah siapa yang salah? Apakah pemerintah seperti ini atau masyarakat yang salah atau siapa yang salah," ujar Nano.
"Ini yang membuat saya dan kawan-kawan yuk kita membuat Opera Kecoa lagi karena apa yang saya pentaskan dari lakon-lakon saya 31 tahun yang lalu betul-betul tidak berubah," sambung dia.
Pada 1990, lakon tersebut dilarang pentas di Gedung Kesenian Jakarta dan tidak diberi ijin pentas keliling di Jepang. Kemudian di tahun 1992, dipentaskan dengan judul "Cockroach Opera" oleh Belvoir Theatre di Sydney, Australia.
Akhirnya, lakon tersebut dipentaskan lagi di Gedung Kesenian Jakarta pada 2003, 13 tahun setelah pelarangannya.
Kini, di tahun 2016, Teater Koma memanggungkan lagi lakon itu di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, tempat lakon tersebut pertama kali dipentaskan.
Pementasan Opera Kecoa tahun 2016 diantaranya didukung oleh Ratna Riantiarno, Budi Ros, Rita Matu Mona, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah dan Daisy Lantang.
Produksi ke-146 Teater Koma itu dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Tamam Ismail Marzuki setiap hari selama 11 hari mulai 10 hingga 20 November 2016, pukul 19.30 WIB, kecuali Minggu pukul 13.30 WIB.
Berita Lainnya
Nilai tukar rupiah melemah setelah rilis IHK AS Oktober 2024
14 November 2024 10:06 WIB
Emosi pembalap Max Verstappen seperti "roller coaster" setelah menang di Sao Paulo
04 November 2024 12:05 WIB
PBB desak perlindungan situs budaya setelah serangan udara Israel ke Baalbek
31 October 2024 15:10 WIB
Napoli mantapkan posisi puncak klasemen setelah taklukkan Milan
30 October 2024 8:11 WIB
Mendengar musik jadi penyembuh terbaik setelah lakukan operasi
24 October 2024 13:56 WIB
Setelah juara WorldSSP300, pembalap Indonesia Aldi Mahendra tak sabar naik ke WorldSSP
21 October 2024 10:36 WIB
Jumlah korban tewas bertambah setelah Israel serang fasilitas UNRWA di Gaza
21 October 2024 9:57 WIB
Nilai tukar rupiah turun setelah data ekonomi AS membaik secara signifikan
18 October 2024 10:10 WIB