Alih Fungsi Lahan PLTA Koto Panjang, Dishut Riau Lepas Tangan

id alih fungsi, lahan plta, koto panjang, dishut riau, lepas tangan

Alih Fungsi Lahan PLTA Koto Panjang, Dishut Riau Lepas Tangan

Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Riau mengaku lepas tangan terhadap alih fungsi lahan menyebabkan wilayah tangkapan air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang rusak parah.

Kepala Dishut Provinsi Riau, Fadrizal Labay di Pekanbaru, Senin, menyebut, daerah aliran sungai PLTA berada di kawasan Bukit Barisan atau di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat.

Wilayah resapan air untuk mengerakkan tiga unit mesin turbin pembangkit listrik dengan manfaatkan Sungai Kampar melalui waduk, memiliki total seluas 3.000 kilometer per segi.

PLTA terdapat di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau telah mengalami kerusakan total baik wilayah tangkapan air atau sedimentasi sekitar waduk, akibat beralihnya fungsi lahan jadi perkebunan sawit.

"Sungai Kampar itu, lintas provinsi. Kewenangannya, berada di pemerintah pusat. Dan semestinya, dianggarkan melalui APBN," ucap Fadrizal.

Dwi Suryo Abdullah, Manajer SDM dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepri mengaku, satu unit mesin generator dari total tiga unit di PLTA Koto Panjang sudah beroperasi, meski belum maksimal.

Beroperasinya satu unit mesin turbin itu, setelah satu bulan lebih terhenti akibat debit air di bendungan Sungai Kampar kian menyusut.

"Hingga jam 18.00 Wib kemarin (Jumat,4/11), telah beroperasi satu unit pembangkit dengan beban 18,1 Mega Watt," paparnya.

Laporan yang diterima pihaknya menyebutkan, ketinggian air pada bendungan PLTA cuma sekitar 55,25 meter kubik per detik.

Dengan elevasi air untuk pembangkit listrik terletak di Desa Merangin, Kecamatan XIII Koto Kampar tersebut berada di posisi 73,53 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Syarat minimal dalam mengoperasikan mesin generator PLTA setempat harus berada 73,5 mdpl dengan kemampuan masing-masing pembangkit menghasilkan daya 31,9 MW.

PLTA Koto Panjang melalui tiga unit mesin turbin, mampu menghasilkan daya listrik total 114 MW atau masing-masing mesin menyumbang 38 MW.

"Jadi kita, cuma memanfaatkan (air) tiga centimeter saja. Kalau air di posisi 73,5 mdpl, maka operasi satu unit mesin ini harus stop lagi," jelas dia.