Medan - Forum Wartawan Legiskatif DPRD Riau melakukan kunjungan studi pers ke Harian Analisa yang berbasis di Medan, Jumat (7/10/2016). Dalam kesempatan itu jajaran pimpinan redaksi berbagi kisah eksisnya selama 45 tahun bertahan sebagai media cetak.
Wakil Redaktur Pelaksana yang memfasilitasi pertemuan tersebut, Wardjamil mengungkapkan bahwa tantangan terhadap koran dalam era digital semakin berat. Namun Analisa mencoba untuk tetap bertahan meskipun memang mengurangi jumlah halaman dari pernah 52 halaman sampai rata-rata sekarang 30 halaman.
"Dampaknya dari perkembangan global memang terasa ada, paking tidak dengan sekarang rata-rata 30 halaman. Ini memang tantangan, tapi kita tetap cari solusi untuk memecahkan masalah ini," ujarnya.
Tahun 2002 dikatakan bahwa media cetak akan digusur. "Insya Allah sampai sekarang masih bertahan, kita yakin 20 hingga tigapuluh tahun kedepan kita tetap eksis. Bahkan kita bertahan sampai sekarang dengan semuanya hanya berbekal iklan swasta," sambungnya.
Dia mengatakan roh Analisa tetap bertumpu pada redaksi. Pihaknya pun memberikan pelatihan satu pekan sekali kepada wartawannya. Itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas oara wartawan dalam hal kepenulisan.Analisa, lanjut dia, juga membuka rubrik yang baru untuk menarik pembaca baru.
"Agar tidak menggangu satu minggu itu satu kali saja. Dari pukul 09.00-12.00 WIB," terangnya.
Sementara itu Koordinator liputan, Hermansyah yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia mengatakan tantangan tersebut memang cukup mengkhawatirkan rekan-rekan. Namun menurutnya penggunaan teknologi yang banyak menggunakan masih kalangan muda. Dan kalangan muda tersebut banyak menggunakan masih untuk hal-hal tidak kreatif.
"Anak muda masih banyak menggunakan untuk media sosial. Tidak seperti di luar negeri. Jadi masa depan koran masih ada," ulasnya.
Lebih lanjut, Redaktur Halaman Nasional, Guntur melihat permasalahan turunnya oplah koran lebih oada masalah global. Itu seperti harga kertas dan bahan pendukung lain yang naik. Namun dari segi iklan di Amerika Serikat media cetak masih unggul daripada media daring atau online.
"Perbandingannya antara iklan ke TV, Koran dan media online masih jauh. Masih sedikit yang beriklan di media cetak," jelasnya.
Itu karena menurutnya, media online hanya berpedoman pada kecepatan tapi media cetak pada pendalaman. Jadi penungkatan sumber daya manusia sangat penting di sini.
Terkait kondisi media di Medan, Redaktur Ekonomi, Sugiatmo membeberkan bahwa di Medan perkembangan media online pesat tapi belum bisa jadi acuan. Bahkan, kata dia, rata-rata berita di media online sudah lebuh basi dari koran.
Sementara pada e-paper analisa saja, dikatakannya setiap pagi saat ini ada 1500 yang membaca, dulu pernah 6.000 pembaca.
Redaktur Wilayah Riau, Taufik Wal Hidayat menilai media online di Medan dan Riau juga juga masih kurang mendalam. Rata-rata dari yang sering dipantaunya malah sering berita itu terlihat sama sehingga dirinya sebagai redaktur terkadang harus membongkar kembali berita tersebut.
Rombongan FWL DPRD Riau diketuai Ariya Guna Saputra dengan tujuh anggita lainnya. Diantaranya Didik Herwanto, Doni, Ismet Tarmizi, Bayu Agustari Adha, Lisa Syaiful, dan Martalena.
Mereka berdiakusi tak hanya terkait tantangan dunia pers dalam hal eksistensi. Namun juga intimidasi pemerintah, perlibdungan, dan peningkatan kualitas wartawan.