Jenewa (Antarariau.com)- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyeru semua pihak yang berperang di Suriah untuk memungkinkan pengungsian aman dan secepatnya bagi orang yang sakit dan cedera dari semua daerah yang terpengaruh oleh konflik, termasuk di Aleppo Timur.
"Situasinya menyedihkan dan membuat geram," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan. "Dengan serangan tak kenal henti terhadap pekerja kesehatan dan rumah sakit, sekelompok dokter yang masih hidup jelas tak bisa menangani. Ranjang di rumah sakit terlalu sedikit, peralatan telah hancur, dan obat dasar, termasuk anestetis, sudah tipis. Banyak pasien yang memerlukan perawatan trauma darurat adalah anak-anak."
Lebih dari 270.000 orang terjebak di Aleppo Timur dengan tinggal sedikit pasokan makanan, air dan bahan bakar, sebagaimana diberitakan Xinhua, Minggu pagi. Organisasi kemanusiaan belum diizinkan mengirim bantuan, termasuk pasokan medis dari WHO sejak pengepungan kota itu dimulai pada 7 Juli.
Menurut WHO, lebih dari 840 orang telah cedera, hampir sepertiga dari mereka adalah anak kecil dalam satu pekan belakangan, sementara instalasi kesehatan yang akan merawat mereka goyah dan kekurangan staf. Kurang dari 30 dokter masih berada di sebelah timur kota tersebut, dan hanya enam rumah sakit yang separuh berfungsi memberi layanan.
WHO menyeru semua pihak dalam konflik di Suriah agar mengizinkan akses untuk mengirim obat, pasokan medis, bahan bakar dan personel kesehatan, guna mendukung staf yang kelebihan beban kerja di Aleppo, untuk segera menghentikan semua serangan terhadap pekerja kesehatan, instalasi dan pasokan, menghormati keamanan dan kondisi netral pekerja kesehatan serta instalasi kesehatan dan menghentikan pemindahan pasokan penting dari pengiriman pasokan medis.
"Menyerang tempat perawatan kesehatan adalah tidak sehat dan kejam," kata Peter Salama, Direktur Pelaksana Program Darurat Kesehatan WHO. "Menghalangi seluruh warga ke akses perawatan medis, makanan dan air tak bisa ditolerir. Itu adalah perbuatan yang sangat kejam."
WHO dan semua mitranya telah menempatkan pasokan medis untuk dikirim ke dalam Aleppo, tapi mereka belum diberi akses. Organisasi itu juga telah mengembangkan strategi bagi pengungsian medis sesegera mungkin. Sementara itu, WHO akan melatih reponder pertama mengenai perawatan trauma melalui hubungan telepon dan video.