Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kriminolog Universitas Islam Riau, Kasmanto Rinaldi menilai bahwa Pemerintah Daerah memiliki andil besar dalam menyelesaikan konflik organisasi masyarakat yang berujung pada bentrokan di Kampar beberapa waktu lalu.
"Kepolisian harus bekerjasama dengan Pemerintah dalam mengatasi dan mencegah terjadinya konflik serupa," kata Kasmanto kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Ia menjelaskan salah satu faktor pemicu kerusuhan tersebut adalah kehidupan sosial di wilayah tersebut. Ia mengatakan dalam istilah kriminologi dikenal sebagai Slum Area (wilayah kumuh). Menurutnya di wilayah seperti itu akan memunculkan kebudayaan baru yang cenderung menyukai kekerasan.
Berdasarkan fakta ini, lanjutnya maka kepolisian tidak akan mampu bekerja sendiri. "Kepolisian hanya berada di tataran penyelesaian konflik di lapangan. Terkait akar pemasalahan, Pemda harus melakukan penataan wilayah termasuk mendata warganya," jelasnya.
Lebih jauh, ia mengatakan jika suatu wilayah didominasi oleh pengangguran akan menyebabkan tindak kejahatan yang tinggi. Untuk itu, ia meminta agar pemerintah dan polisi tidak memberikan celah sedikitpun agar premanisme yang mengatasnamakan kelompok tertentu menjadi "raja" di sana.
Selain faktor strata sosial, ia juga menjelaskan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah oknum Ormas dapat dilatar belakangi pamer kekuasaan. Mereka ingin menonjolkan eksistensi kelompok tertentu dengan cara kekerasan.
"Dinamika ini bisa saja muncul dan dipengaruhi oleh faktor situasi politik kekinian. Artinya keberadaan kelompok-kelompok tertentu yang cendrung mendominasi pastilah memiliki relasi politik yang mapan. Dengan relasi politik yang dimiliki biasanya akan cendrung menjadikan kelompok-kelompok tertentu cendrung merepresentasikan kelompok politiknya," jelasnya.
Peristiwa bentrokan antara PP dan LMP yang terjadi pada Rabu lalu (27/4) sekitar pulul 00.25 WIB mengakibatkan seorang korban meninggal dunia. Korban tewas itu bernama Jalalludin (43), warga asal SP I Petapahan, Kecamatan Tapung, Kampar. Korban tewas dengan luka senjata tajam pada bagian kepala.
Buntut dari peristiwa itu, Polisi menangkap 42 orang dengan 23 diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Seluruh tersangka berasal dari dua kelompok yang bertikai tersebut.
Sementara itu, Ketua DPD Laskar Merah Putih Riau, Dani Raymond kepada Antara mengatakan bahwa tidak ada terjadi gesekan secara kelompok. "Yang ada mungkin hanya masalah pribadi yang membawa-bawa kelompok," jelasnya.
Dia menjelaskan saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Polda Riau untuk turun ke lokasi bentrokan berdarah tersebut guna menetralisir situasi. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa tidak ada aksi balas dendam atau semacamnya atas peristiwa itu.
"Dan saya tegaskan bahwa kita tidak akan menolerir oknum-oknum kita yang terlibat kekerasan. Kita akan berikan sanksi tegas hingga pemecatan," jelasnya.
Berita Lainnya
Polisi tangkap 4 orang terlibat bentrok di Pekanbaru
18 November 2024 17:42 WIB
Lokasi diduga gelper di Pekanbaru hancur diamuk ormas
18 November 2024 15:07 WIB
Bentrok dua ormas di Pekanbaru, belasan kendaraan dirusak
18 November 2024 13:51 WIB
Polres Rokan Hulu tetapkan enam orang tersangka bentrok ormas, begini penjelasannya
16 February 2021 9:08 WIB
Dua kelompok Ormas di Pekanbaru nyaris bentrok
19 March 2020 18:44 WIB
Bentrok dua ormas di Perawang, polisi tangkap 23 orang
15 January 2020 21:37 WIB
Polres Kampar Amankan 42 Orang Diduga Terlibat Bentrok Antar Ormas
27 April 2016 17:25 WIB
Ketua RT 05/RW 01 Dusun I Desa Tarai Kampar dilantik di Masjid
12 November 2024 14:01 WIB