Bus Air Pekanbaru Stop Beroperasi, Pemerintah Gagal Tumbuhkan Minat Masyarakat

id bus, air pekanbaru, stop beroperasi, pemerintah gagal, tumbuhkan minat masyarakat

 Bus Air Pekanbaru Stop Beroperasi, Pemerintah Gagal Tumbuhkan Minat Masyarakat

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Satu unit kapal cepat atau bus air merupakan bantuan Kementerian Perhubungan tahun lalu, kini mengalami nasib stop operasi setelah sempat diperkenalkan oleh Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT pada 29 Oktober 2015.

"Tidak kurang hanya tiga bulan beroperasi. Pada awal tahun ini, sudah tidak ada beroperasi lagi, padahal bus air itu bantuan pusat," papar Rifki (35), warga bantaran Sungai Siak di Pekanbaru, Selasa.

Bus air dioperasikan di Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dengan memiliki rute Pelabuhan Sungai Duku-Okura-Meranti Pandak pergi pulang satu kali sehari yang memakan waktu tiga jam sekali jalan.

Kapal cepat bantuan pemerintah pusat melalui Kemenhub tersebut diharapkan dapat melayani warga setempat dalam mempermudah akses melalui Sungai Siak dan menghabiskan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sekali jalan 200 liter.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru, Wan Agusti mengatakan, program yang dicanangkan instansi terkait sewaktu memperkenalkan kapal cepat hanya seremonial semata.

"Hal tersebut ternyata belum bisa dibuktikan warga setempat sebagai sebagai alat transportasi air yang murah dan nyaman seperti yang digadang-gadangkan wali kota," terangnya.

Padahal Kemenhub telah menganggaran dana sebesar Rp2,2 miliar yang bersumber dari APBN tahun 2014, namun dinas perhubungan setempat dinilai belum dalam menghidupkan minat warga di Pekanbaru.

"Akibat jarang dipakai, bus air ini sempat rusak dan diperbaiki selama dua pekan di Bengkalis. Kalau begini, dudah pasti ada yang salah. Mungkin sumber daya manusia tidak ada atau konsep tidak jalan," paparnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Angkutan Perkotaan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kota Pekanbaru, Wisnu Haryanto mengakui, jika bus air telah disetop operasinya untuk sementara waktu.

"Kalau tak ada anggaran, gimana mau jalan. Hasil evaluasi kita selama tiga bulan operasi, ternyata belum hasilnya optimal. Sementara biaya oprasional yang kita tanggung jauh lebih besar," kata dia.