Menilai Guru

id , menilai guru

  Menilai Guru

Sambungan dari hal 1 ...

Pentingnya pengosongan nama penilai bukan saja untuk menghindarkan balas dendam oleh guru yang dinilai sangat buruk oleh siswa dan orang tua. Hal itu juga penting untuk menghindarkan tabiat suka memuja-muja dari beberapa siswa dan orang tua yang berniat mendapat imbalan penilaian balik yang menguntungkan.

Barangkali untuk tahap pertama, terutama untuk tingkat siswa sekolah dasar, sistem penilaian itu dibuat sedemikian sederhana seperti penilaian dalam bentuk daftar pertanyaan yang jawabannya tersedia dan siswa tinggal memilih salah satu dari jawaban itu.

Selama ini guru dinilai oleh kepala sekolah dan pengawas dalam segi-segi yang bisa dilihat antara lain dari data-data tertulis seperti tingkat kehadirannya di ruang kelas. Guru juga bisa dinilai lewat hasil uji kompetensi mereka yang sebagian besar juga berdasarkan kinerja ujian tertulis.

Untuk penilaian yang dilakukan oleh siswa dan orang tua, objek penilaian selayaknya berfokus pada kinerja implementatif di ruang kelas. Anak lah yang paling objektif dalam menilai kinerja guru. Orang tua biasanya mendapat infromasi dari siswa tentang kinerja sang guru.

Pertanyaan yang bisa dijadikan bahan penilaian terhadap guru oleh siswa dan orang tua adalah ihwal rajin tidaknya guru mengembalikan hasil ujian sekaligus memberikan nilainya. Ihwal temperamen guru dalam wujud suka marah atau tidak di kelas juga bisa dijadikan poin penilaian. Ihwal kepedulian guru terhadap siswa yang memiliki daya tangkap yang rendah penting juga untuk dinilai.

Dari sisi guru, dalam menghadapi reformasi penilaian ini, sikap yang perlu dikembangkan adalah kesediaan untuk berlapang dada dalam menerima penilaian. Guru tak perlu reaksioner dalam menyikapi penilaian siswa dan orang tua. Guru yang mendapat penilaian rendah dari siswa atas poin-poin yang dinilai juga tak perlu serta-merta diberi hukuman oleh kepala sekolah.

Yang harus ditekankan dalam metode penilaian ini adalah: pentingnya perubahan sikap dari guru. Guru perlu membenahi sikap dan tindakannya yang kurang memuaskan siswa dan orang tua. Jika guru itu tak pernah atau jarang mengembalikan hasil ujian siswa, sikap dan tindakan itu harus diubah setelah sikap buruk itu terungkap dalam evaluasi oleh siswa dan orang tua.

Siapa yang menentukan hasil dari penilaian terhadap guru oleh siswa dan orang tua? Tentu kepala sekolah dan pengawas. Dua pihak inilah yang memberikan kata putus atas penilaian yang dilakukan oleh siswa dan guru. Artinya, kepala sekolah yang adil dalam menilai pada akhirnya yang menjadi pusat kemajuan institusi sekolah.

Tentu kepala sekolah masih perlu mengajak pihak lain semacam dewan guru untuk mempertimbangkan sanksi apa yang diberikan kepada guru yang mendapat penilaian buruk berkali-kali dari siswa dan orang tua tanpa melakukan perbaikan sikap dan perilaku dalam mengajar di kelas.

Sebaiknya, tujuan sistem penilaian baru terhadap guru ini berfokus pada pemberian insentif. Artinya, guru yang mendapat penilaian buruk dari siswa dan orang tua tidak perlu dihukum dalam bentuk penurunan golongan atau jabatan. Tapi, guru yang mendapat penilaian bagus dari siswa dan orang tua layak diberi insentif dalam bentuk entah kenaikan pangkat atau tambahan uang tunjangan.

Dengan pola penilaian yang berfokus pada pemberian insentif dan bukan pada penghukuman terhadap guru, sistem penilaian baru terhadap guru itu justru bisa berfungsi untuk memacu kinerja guru, bukan membuat guru frustasi, khususnya guru yang berkinerja buruk di mata siswa dan orang tua.