Jakarta (ANTARA) - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengantarkan langsung orang utan menuju sekolah hutan yang berada di Kawasan Rehabilitasi dan Konservasi Orang Utan Nyaru Menteng, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Ini memotivasi kita semua untuk menjaga alam lebih baik, hutan kita lebih lestari, sehingga orang utan dan satwa lain dapat hidup normal di rimba raya yang merupakan rumah mereka," kata Raja Juli kepada awak media di Palangka Raya, Kamis.
Dia pun mengapresiasi dedikasi dari yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dalam upaya pelestarian orang utan selama ini, mengingat perjuangan dan berbagai hal yang dilakukan hingga saat ini tidaklah mudah.
Menhut pun menegaskan komitmen dan dukungan pemerintah dalam upaya pelestarian orang utan maupun ekosistemnya, salah satunya dengan menahan laju deforestasi secara maksimal.
"Tapi ya itu dia, kita harus cari titik keseimbangan yang benar-benar baik untuk semua, pembangunan tidak boleh berhenti, hutan tetap lestari dan kesejahteraan rakyat itu pasti," jelasnya.
Menurutnya ketiga hal itu harus dapat dikelola dengan baik, dan tentunya kesejahteraan rakyat merupakan hal yang sangat penting, namun di sisi lain agar bagaimana tidak mengganggu hutan maupun pembangunan.
Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Edy Pratowo mengatakan, pemprov mengapresiasi peran BOSF, yang telah berkiprah di Kalimantan Tengah, dengan membangun Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng sejak 1999 untuk merehabilitasi orang utan, dan pusat pendidikan konservasi.
"Kegiatan kita hari ini merupakan langkah penting dalam upaya pelestarian orang utan dan perlindungan habitatnya di wilayah Kalimantan Tengah," tuturnya.
Edy Pratowo mengatakan, orang utan bukan hanya bagian dari warisan alam, tetapi juga berperan vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis. Diharapkan dengan fasilitas lebih memadai, semakin meningkatkan proses rehabilitasi dan konservasi orang utan lebih efektif.
Sementara itu, CEO BOSF Jamartin Sihite menjelaskan, di sekolah hutan ini ada sebanyak 21 orang utan, sedangkan untuk keseluruhan di kawasan konservasi pihaknya kelola adalah lebih dari seratus orang utan.
"Kebanyakan (orang utan) adalah hasil penyerahan warga yang disampaikan ke BKSDA, kita berkolaborasi dan melakukan penyelamatan bersama-sama," terangnya.
Adapun lama orang utan di sekolah hutan bervariasi, ada yang satu tahun, dua tahun ataupun lainnya, tergantung kecepatan belajar. Ada kurikulumnya, serta berbagai indikator yang harus dicek.
"Kalau sudah lulus di sini baru kita lepaskan ke Pulau Salat, dari Pulau Salat, baru lepas ke hutan," ucapnya.
Baca juga: Petugas evakuasi anak orangutan di Inhil
Baca juga: BKSDA- IAR Indonesia kembali menyelematkan dua orang utan dari akibat karhutla