Pekanbaru (ANTARA) - Sub Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo terus membuktikan komitmennya dalam meningkatkan produktivitas petani sawit mitranya. PalmCo berhasil meningkatkan produktivitas petani mitranya hingga melampaui standar nasional.
Seluruh Koperasi Unit Desa (KUD) yang menjadi mitra binaan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) PalmCo mencatatkan produktivitas menjanjikan. Untuk Tanaman Menghasilkan (TM) tahun pertama, rata-rata produktivitas mencapai 12,57 ton Tandan Buah Segar (TBS) per hektare per tahun, atau lebih tinggi 0,57 ton dibandingkan dengan standar nasional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Demikian disampaikan oleh Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa dalam keterngan tertulisnya di Pekanbaru, Senin (23/03).
“Alhamdulillah, dari lebih 10 ribu Ha areal PSR perusahaan, produktivitas TBS kebun sawit petani binaan kami konsisten di atas standar nasional setiap tahunnya,” buka Jatmiko.
Tidak hanya rata-rata keseluruhan di atas standar, ditambahkan Jatmiko, bahkan terdapat pula KUD-KUD yang mampu mencapai tonase jauh lebih tinggi.
“Seperti KUD Makarti Jaya di Riau, TM 1 nya tembus 18 ton TBS per hektare per tahun, jauh di atas standar nasional yang hanya 12 ton,” bebernya.
Keberhasilan tersebut juga berkelanjutan hingga usia menghasilkan di tahun-tahun berikutnya, seperti TM 2, lima puluh persen berada di atas standar nasional dengan capaian produktivitas ada yang menyentuh 21 ton per hektare atau lebih tinggi dari standar nasional di 15 ton.
“Sementara untuk TM 3 sampai 5, protasnya 100 persen di atas standar,” ujar Jarmiko lagi.
Pencapaian tersebut tidak lepas pola single management yang mengedepankan kesetaraan antara Perusahaan bersama petani plasma maupun kelembagaannya.
“Pola Single Management artinya seluruh proses pengelolaan kebun dilakukan Perusahaan dengan standar terbaik yang ada. Mulai dari penggunaan bibit bersertifikat pemberian bimbingan teknis, pendampingan, budidaya kebun, sampai hal-hal yang mampu memberi nilai tambah bagi petani,” ungkap Jatmiko.
Value added yang diberikan perusahaan kepada petani plasma yang bermitra secara single management dijalankan dalam berbagai bentuk seperti digitalisasi melalui pemetaan geospasial, hingga sertifikasi Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk petani.
“Sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan daya saing produk petani di pasar global, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa premium fee bagi mereka karena telah menerapkan praktik perkebunan yang memperhatikan lingkungan, tuturnya.
Hadiyanto Ketua KUD Makarti Jaya yang mencatatkan produktivitas tertinggi di kemitraan PalmCo menuturkan bahwa dukungan dari PalmCo telah memberikan dampak nyata bagi petani. Dengan adanya pendampingan dari PalmCo, mereka lebih memahami bagaimana menerapkan Good Agricultural Practices.
“Melalui PalmCo, kami menjadi tahu bagaimana praktik budidaya pertanian yang baik, benar, ramah lingkungan,” sebut Hadyanto.
Alhasil selain hasil panen dan produktivitas yang meningkat tinggi, juga berimbas langsung pada kesejahteraan petani.
“Sekarang ini, per kavling itu (2 Ha) gajian 10-15 juta perbulan. Dan untuk lebaran nanti ada tambahan Rp 15 juta lagi,” terangnya.
Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV PalmCo Irwan Perangin-angin melihat keberhasilan koperasi yang telah menerapkan single management, seyogyanya dapat menjadi agen-agen peremajaan sawit rakyat (PSR) bagi kelompok lainnya. Ditambah masalah umum dan mendasar sawit rakyat di Indonesia adalah produktivitas yang masih jauh dibawah standar industri.
“Melalui koperasi yang sudah sukses, kami berharap mereka dapat menggaet dan menjadi offtaker untuk kelompok petani lain. Yang masih berkutat dengan protas yang rendah,” kata Irwan.
“Dengan pola seperti ini, petani mendorong petani lainnya, mudah-mudahan dapat mempercepat akselerasi PSR dan memperluas dampaknya,” tutupnya.