Pekanbaru, (Antarariau.com) - Nelayan Riau selama dua tahun terakhir tidak mendapatkan bantuan alat tangkap dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau akibat program tersebut berbentuk hibah sehingga susah untuk dilaksanakan.
"Bantuan alat-alat tangkap itu ada, tapi tidak dua tahun terakhir ini. Kita ada memprogramkan tapi karena hibah, ini susah jadinya," kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Diskanlut Riau, Sabaruddin di Pekanbaru, Senin.
Menurutnya, sebelumnya ada bantuan yang diberikan seperti kapal dan keperluan lainnya. Namun, bantuan itu tidak dianggarkan lagi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Riau 2015. Menurut dia, program itu diwacanakan baru ada pada APBD murni 2016 tapi jumlahnya tidak banyak.
Dia menjelaskan bahwa kegiatan penangkapan ikan di Riau terbagi pada dua wilayah yakni perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Dengan tidak adanya bantuan alat tangkap, pihaknya hanya bisa melakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada nelayan.
Sementara itu, terhadap usaha penangkapan ikan swkala besar, hal yang dilakukan adalah pengawasan. Saat ini menurutnya kegiatan tangkap disekitar Selat Malaka cukup padat dan malahan sudah berlebih kegiatannya.
"Yang di Laut Cina Selatan, daerah pesisir sebelah selatan Riau yang perlu dikembangkan dengan penyuluhan dan bimtek," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Riau yang bermitra dengan Diskanlut, Marwan Yohanis mengatakan potensi perikanan daerah tersebut besar dimana Rokan Hilir dulunya pernah menjadi penghasil ikan nomor dua terbesar di dunia. Namun saat ini itu seolah tenggelam, bahkan Riau tidak masuk dalam 20 besar penghasil ikan di Indonesia.
Oleh sebab itu diperlukan investasi teknologi seperti yang dilakukan oleh Negara Norwegia yang saat ini merupakan penghasil ikan terbesar di dunia.
Pihaknya sendiri mengatakan dalam usulannya juga mengarah pada investasi teknologi seperti Norwegia.
"Norwegia sebagai penghasil perikanan terbesar di dunia sudah memakai teknologi yang canggih, tidak dengan nelayan menghadapi derasnya gelombang ganas, tapi dengan teknologi," ujarnya.