Andai Surabaya Miliki Restoran Sungai Ala Bangkok

id andai surabaya, miliki restoran, sungai ala bangkok

Andai Surabaya Miliki Restoran Sungai Ala Bangkok

Lantas, bagaimana di Surabaya?

Surabaya, Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, berpenduduk lebih dari dua juta orang. Kotanya bersih, warganya dikenal ramah dan pepohonan rindang, tumbuhan, dan taman menjamur.

Dikenal dengan sebutan "Kota Pahlawan", kota yang kini dikomandani oleh Tri Rismaharini itu memiliki sungai khas, yakni Kali Mas.

Dikutip dari wikipedia.org, Kali Mas merupakan pecahan sungai Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto, mengalir ke arah timur laut dan bermuara di Surabaya, menuju Selat Madura.

Muara Kali Mas merupakan pelabuhan tradisional Surabaya, yang telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu.

Pada masa lalu, ia menjadi pintu gerbang menuju Ibu Kota Kerajaan Majapahit (di Trowulan), dan di sekitar sungai ini pernah terjadi pertempuran antara Raden Wijaya (pendiri Majapahit) melawan pasukan Tartar (di bawah dinasti Mongol) pada abad ke-13.

Semenjak penguasaan oleh VOC, Kali Mas menjadi salah satu sarana transportasi air yang sangat ramai. Hilir mudik sampan dan perahu kecil mengangkut barang komoditi dan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dari pelabuhan Tanjung Perak.

Mereka membawa masuk komoditas tersebut ke daerah pedalaman kota, mulai dari Kembang Jepun (daerah Pecinan di Surabaya) hingga ke daerah Kayoon (sekarang menjadi lokasi Plaza Surabaya).

Di Kayoon dekat lokasi Plaza Surabaya dan di kawasan Petekan, bahkan pernah beroperasi jembatan gantung yang dapat diangkat saat ada kapal komoditas yang melintas masuk daerah tersebut. Kini jembatan tersebut sudah tidak dapat beroperasi lagi.

Sejumlah jembatan yang melintasi Kali Mas di Surabaya saat ini ditetapkan sebagai cagar budaya karena memiliki nilai historis dan arsitektur penting.

Tentu saja, nilai sejarah dan historisnya yang tinggi tidak ada yang menandingi keberadaan Kali Mas. Ditambah bangunan-bangunan tua yang berada di sisi-sisi sepanjang sungai.

Bukan tidak mungkin konsep wisata makan malam terapung di Bangkok diadopsi Surabaya. Meski sungai antara Chao Phraya dan Kali Mas sangat berbeda, namun bermodal kehistorisan dan aliran sungai, tidak mustahil wisatawan domestik maupun mancanegara penasaran.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Wiwik Widayati mengaku konsep tersebut sangat memungkinkan dilakukan di Kali Mas, baik siang maupun malam hari.

"Dulu pernah Pemkot mencoba konsep wisata kapal malam hari dan menyajikan hidangan, tapi masih tahap uji coba. Namun, masih banyak yang harus dibenahi sehingga belum bisa dilakukan sekarang," katanya.

Kendati demikian, pada siang hari pihaknya tetap menawarkan konsep wisata bahari, yakni menyusuri sungai dari Dermaga Taman Prestasi ke Dermaga Taman Ekspresi. Jaraknya tidak jauh, sekitar satu kilometer (dua kilometer PP), itupun tanpa hidangan makanan.

Menurut dia, wisata makan malam di kapal belum memungkinkan diterapkan di Surabaya karena perlu perbaikan dari banyak sektor, antara lain pengerukan sungai, hiasan lampu dan sarana penunjang lainnya.

"Salah satu kendala utama adalah sungai di Kali Mas itu debet kedalama airnya konstan. Kadang tinggi, kadang surut, ditambah endapan lumpur di bawah. Kami akan berkoordinasi dengan PT Jasa Tirta selaku pihak berwenang di sungai melakukan sejumlah pembenahan," tukasnya.

Di Kali Mas sendiri memiliki tiga dermaga, yakni di Taman Prestasi, Taman Ekspresi dan Monumen Kapal Selam. Namun, kata Wiwik, menuju ke Monumen Kapal Selam yang berada di kawasan Jalan Pemuda tidak mudah karena terhalang oleh jembatan di Jalan Yos Sudarso.

"Dalam keadaan tertentu, terkadang kapak tidak bisa melintas sehingga terhambat. Padahal pemandangan kanan-kiri di sungai sangat indah, seperti air mancur Patung Suro dan Boyo, gemerlap lampu jalan dan jembatan. Kami pasti tidak tinggal diam dan memikirkannya," kata dia.

Makan Malam di Laut

Sejak lima tahun terakhir, Surabaya sebenarnya memiliki konsep sama dengan di Thailand, yakni makan malam di atas kapal. Bedanya, di Surabaya kapalnya bukan di sungai, melainkan di laut Selat Madura.

Namanya, Artama Harbour Cruise, yang merupakan layanan armada untuk Wisata Bahari di Surabaya dengan destinasi utamanya melintasi bawah Jembatan Suramadu, jembaan terpanjang yang menghubungkan antara Surabaya dan Pulau Madura.

Menggunakan Armada KM. Artama III, siap mengantar para turis baik lokal maupun mancanegara untuk mengelilingi Pelabuhan Tanjung Perak dengan "view" kegiatan bongkar muat kapal, patung Jalesveva Jayamahe, sisi Surabaya dan Madura dan Jembatan Suramadu sendiri.

Kapasitasnya bisa menampung maksimal 35 orang, dengan rute perjalanan perairan Tanjung Perak, cagar budaya bangunan Adpel, Patung Jalesveva Jayamahe dan berakhir di Jembatan Suramadu dengan dua jam perjalanan.

Meskipun tidak terlalu besar, namun fasilitas di dalam kapal cukup komplit, seperti ruang makan, ruang karaoke, lengkap dengan AC. Makanan dan minuman ringan juga disediakan.

Biasanya, wisatawatan memilih keberangkatan kapal saat senja atau menjelang matahari terbenam. Selain menjadi saksi bagaimana matahari seolah tenggelam di laut, gemerlap lampu pelabuhan, kapal dan Jembatan Suramadu akan membuat rasa penyesalan jika mata berkedip sekalipun.

Wiwik Widayati mengungkapkan, Artama III ini bagian dari PT Pelindo yang konsepnya paket berdasarkan permintaan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Diakui atau tidak, promosi destinasi wisata makan malam di laut ini kurang gencar sehingga tidak sedikit masyarakat Surabaya sendiri tidak tahu adanya wisata bahari tersebut.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kata dia, berdalih kurang terkenalnya wisata tersebut bukan karena kurang promosi, namun wajib mengoptimalkan kembali upaya peningkatan destinasi dan promosi.

"Paket perjalanan di Selat Madura ini masuk paket wisata yang ditawarkan kok. Catatan Forum Komunikasi Pengelola Objek Wisata, sebuah komunitas wisata Surabaya, destinasi wisata di kapal menjadi bagian penting dari pengembangan objek wisata di Surabaya," ucap perempuan berjilbab tersebut.

Sementara itu, berdasarkan catatannya, jumlah wisatawan yang datang ke Surabaya selama 2014, rinciannya wisatawan dalam negeri berjumlah 15 juta orang. Sedangkan, turis asing jumlahnya sekitar 700 ribu pengunjung.

Jumlah tersebut akan semakin meningkat jika promosi dan sosialisasi wisata di Surabaya semakin menarik, yang imbasnya meningkatkan perekonomian pemkot setempat.

Bagi Wiwik, konsep wisata Chao Phraya untuk diadopsi di Surabaya bukan tidak mungkin dan pihaknya berjanji akan lebih membuat destinasi wisata di kota ini lebih menarik.