Riau Pelihara 25 Anak Korban Tsunami Aceh

id riau pelihara, 25 anak, korban tsunami aceh

Riau Pelihara 25 Anak Korban Tsunami Aceh

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sebanyak 25 anak korban bencana alam dari Aceh saat ini masih diasuh di Panti Asuhan Baiturrahmah di Kecamatan Tambang perbatasan Pekanbaru-Kampar dan sangat membutuhkan bantuan dari donatur untuk keperluan sehari hari.

"Saat ini total anak yatim piatu di Panti Asuhan Baiturrahmah ada 75 anak, 25 dari mereka berasal dari Aceh. Anak anak Aceh itu merupakan korban bencana seperti Tsunami dan korban tanah longsor yang terjadi pada 2005. Mayoritas dari mereka tidak lagi mempunyai ayah dan ibu," kata pengurus panti asuhan Baiturrahmah, Nasir kepada Antara di Pekanbaru, Sabtu.

Ia mengatakan anak anak Aceh tersebut memang sengaja dititipkan oleh kerabat dan panti asuhan yang berada di Aceh. Menurutnya sejumlah panti asuhan disana tidak lagi mampu menampung anak anak tersebut sehingga harus dititipkan.

Untuk kebutuhan makan dan minum, lanjutnya, terdapat donatur yang memberikan donasi dalam bentuk uang, namun tidak tetap, sehingga tidak jarang harus membiayai kebutuhan mereka dengan dana seadanya.

Ia juga mengatakan keberadaan panti asuhan yang masuk ke dalam dan jauh dari jalan utama Pekanbaru-Bangkinang sementara jalannya yang belum di aspal juga menyulitkan akses menuju ke panti.

"Kalau dari jalan utama ke panti sekitar 600 meter dan belum di aspal. Untuk kebutuhan sehari hari juga kita mengandalkan donatur, dan saat ini belum ada donatur yang tetap," katanya.

Lebih lanjut, 75 anak-anak yang berada di panti tersebut mayoritas merupakan anak anak yang menjadi korban bencana alam, seperti bencana tanah longsor yang terjadi di Sumatera Barat beberapa waktu lalu.

"Anak anak panti disini tidak hanya anak terlantar, tetapi juga anak anak korban bencana dan mayoritas memang merupakan anak korban bencana alam," katanya.

Yasir, salah seorang anak panti asuhan yang kehilangan kedua orang tuanya akibat bencana Tsunami Aceh mengaku senang berada di panti tersebut. Ia yang saat ini duduk di kelas VII SMP tampak lebih dewasa dibandingkan umurnya.

Saat ditanyakan apakah ia masih mengingat bagaimana bencana tersebut menerjang desanya, Yasir mengaku tidak terlalu mengingatnya, karena saat itu ia masih sangat kecil untuk mengingat hal kelam tersebut.

"Saya tidak terlalu ingat dan sekarang saya bertekad untuk bisa menjadi lebih baik dan kembali ke Aceh dan dapat membangun desa saya kembali," ujar Yasir.(KR-AZK)