Banjir di Negeri Kaya

id banjir di, negeri kaya

Banjir di Negeri Kaya

Oleh: Fazar Muhardi

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kariman (48) sibuk memindah-mindahkan barang-barang berharga dari dalam rumah yang terendam air bercampur lumpur setinggi 40 centimeter, namun sebagian yang berat-berat seperti kasur, sofa dan lemari tidak lagi terselamatkan.

Dengan pakaian basah kuyup, dia mengangkut barang berharga tersisa seperti televisi dan alat elektronik lainnya, termasuk surat-surat berharga ke rumah kerabat yang tidak terkena banjir. Sementara isteri dan tiga orang anakanya telah lebih dulu diungsikan ke rumah kerabatnya itu.

"Ini banjir kesekian kalinya sejak sepuluh tahun terakhir," kata Kariman yang ditemui di lokasi banjir, Jumat (27/11) sembari menyatakan tak berdaya dan harus menghadapi bencana itu dengan kesabaran.

Ayah yang telah dikaruniai tiga orang anak ini mengaku selalu dirundung kecemasan ketika musim hujan datang di penghujung tahun. Dia bahkan harus menjadi peramal yang mampu membaca situasi cuaca, dan menjadi pawang ketika hari-hari itu tiba.

"Saya prediksi, kalau November itu musim hujan, tapi tidak menyangka kalau November tahun ini adalah puncaknya," kata Kariman sembari menyatakan biasanya selalu mengungsi sebelum banjir, namun kali ini dia dikalahkan oleh bencana itu.

Hujan lebat yang terjadi pada malam di pekan kedua November membuat Kariman bersama isteri dan tiga anaknya tak berdaya. "Ketika itu kami sedang tidur, waktu bangun subuh air sudah setinggi betis. Biasanya kami selalu lebih dulu menyelamatkan barang-barang, tapi kali ini gagal," katanya.

Padahal, Kariman telah menusukkan beberapa siung bawang merah dan bawang putih menggunakan lidi kemudian menancapnya ke tanah di halaman rumah, namun jimat itu tidak mampu membendung kehendak terjadinya hujan.

"Kata orang-orang tua dulu kan seperti itu, untuk menangkal agar tidak hujan tusuk bawang dengan lidi dan ditanam ke tanah. Sudah saya lakukan tapi tidak berhasil. Tetap saja hujan bahkan setiap hari sekarang hujan," katanya.

Kawasan pemukiman tempat Kariman menetap bersama isteri dan tiga anaknya itu berada di bagian depan pada kompleks Perumahan Witayu, Kelurahan Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru, Riau.

Ada sekitar 380 keluarga di Perumahan Witayu itu yang selalu menjadi korban bencana banjir. Salah satu penyebabnya adalah, letak perumahan itu lebih rendah dari Sungai Umban, anak Sungai Siak. Meski sudah dilakukan upaya membangun tanggul dan rumah pompa tapi tidak mampu mengatasi debit air Sungai Siak yang lebih besar. Terlebih ketika hujan deras.

Pemerintah daerah setempat telah berulang kali mewacanakan pemindahan ratusan keluarga korban banjir itu ke tempat yang lebih aman, namun selaku gagal.

Kali ini, Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT kembali berjanji dan menyatakan jika pihaknya telah menyiapkan lahan seluar 3 hektare di lokasi yang aman, bebas banjir. Desember tahun ini, kabarnya pembebasan lahan sudah dilakukan dan akan segera dibangun perkampungan bagi korban banjir Perumahan Witayu.

Ribuan Rumah

Bencana banjir di Negeri Kaya Riau tidak hanya melanda Kompleks Perumahan Witayu. Ada ribuan keluarga di kawasan lain masih di Pekanbaru yang mengalami derita sama. Bahkan banjir juga merendam sejumlah wilayah kabupaten lain di Riau meliputi Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hilir dan Rokan Hilir serta lainnya.

Untuk di Kota Pekanbaru, pemerintah setempat mencatat ada ribuan rumah terendam, terparah berada di Kecamatan Rumbai Pesisir. Di daerah ini ada sebanyak 2.455 rumah terendam.

"Banjir terjadi sejak akhir pekan lalu atau sudah sekitar lima hari sampai dengan saat ini," kata Camat Rumbai Pesisir, Pekanbaru, Nurhesminsyah.

Saat ini, lanjutnya, bencana banjir terus meluas dan ketinggian air meningkat dibandingkan sebelumnya. Sebagian kawasan termasuk ratusan rumah terendam air hingga ketinggian 1,5 meter dan paling banyak atau ribuan rumah terendam dengan ketinggian air mulai dari semata kaki hingga betis dan lutut orang dewasa.

Ia mengatakan, beberapa hari lalu banjir sempat semakin parah karena jebolnya salah satu tanggul di Kelurahan Limbungan Baru. Saat ini di satu kelurahan itu ada lebih 150 rumah yang terendam.

Banjir dilaporkan juga merendam dua kelurahan lainnya di Rumbai Pesisir meliputi Kelurahan Meranti Padak dan Limbungan yang berada saling berdekatan.

"Totalnya ada sebanyak 2.455 rumah terendam. Untuk perkiraan jumlah kepala keluarga yang menjadi korban banjir sekitar 3.000 keluarga," katanya.

Menurut pantauan, banjir di tiga kelurahan itu disebabkan berbagai faktor, termasuk tatanan drainase atau saluran air yang tidak baik serta penumpungan sampah pada gorong-gorong.

Untuk banjir di Kelurahan Limbungan Baru, terpantau penyebabnya selain jebolnya tanggul juga karena ada pengerjaan proyek jembatan yang tidak baik, dimana sampah bangunan menutupi jalur arus sungai hingga mengakibatkan air meluap.

Banjir di satu kelurahan itu terpantau turut merendam sejumlah badan jalan meliputi Jalan Puspa Indah dan Jalan Ampera serta badan jalan lainnya yang berada saling berdekapan.

Bencana itu mengakibatkan sejumlah aktivitas masyarakat terhambat, bahkan beberapa kendaraan bermesin roda dua mogok setelah cela pembuangan polusi tersusup air.

"Ini banjir yang paling dalam selama setahun ini. Sebelumnya memang sering banjir tapi tidak sampai separah ini," kata Parsiman (35) warga Jalan Ampera.

Sementara Ari (30), warga yang bermukim di Jalan Puspa Indah terpantau sedang menggendong seorang balita anaknya, berjalan bersama isterinya yang hendak pergi ke kantor.

"Kemarin dia (isteri) sudah cuti untuk membersihkan rumah akibat banjir. Sempat surut hari ini air naik lagi tapi harus tetap bekerja karena sebelumnya telah cuti," katanya.

Di dua lokasi pada Kelurahan Limbungan Baru ini, ketinggian air menutupi badan jalan hingga menjangkau lutut orang dewasa atau sekitar 60 cemtimeter.

Sementara itu, untuk banjir di Kelurahan Limbungan dan Meranti Pandak, terpantau ketinggian air maksimum hingga mencapai 1,5 meter, merendam ribuan rumah, mengakibatkan ratusan keluarga terpaksa mengungsi.

"Sebagian warga mengungsi ke tenda darurat yang dibangun Dinas Sosial, dan sebagian lagi mengungsi ke rumah-rumah warga yang tidak terkena banjir," kata Anton (45), warga Meranti Pandak.

Di Meranti Pandak, terlihat ada beberapa kawasaan kompleks perumahan yang berdekatan dengan anak sungai terkena banjir paling parah. Termasuk Perumahan Witayu tempat tinggal keluarga Kariman dan ratusan keluarga yang saat ini menjadi korban banjir itu.

Di wilayah itu, bahkan air terlihat telah menutupi jendela sejumlah rumah, lebih parah beberapa rumah di tepian anak sungai yang mengalami kerusakan, dinding-dinding rumah bagian luar mulai retak.

Kebanyakan warga di kompleks perumahan ini memilih mengungsi ke tenda-tenda darurat yang disediakan serta ke rumah warga yang tak terkena banjir.

Kemudian banjir di Kelurahan Limbungan terpantau telah menimbulkan kepanikan, dimana sejumlah warga mulai mengungsikan sejumlah barang berharga miliknya.

Sementara itu, di tenda darurat yang dibangun oleh Dinas Sosial Pekanbaru di kawasan Kelurahan Limbungan dan Meranti Pandak terlihat telah diisi oleh sejumlah korban banjir.

Rata-rata merupakan kalangan wanita dewasa yang membawa anak-anak mereka yang masih berusia kurang dari luma tahun. Sementara para suami diakui ketika siang harus tetap berada di rumah yang kebanjiran untuk mengawasi barang-barang berharga yang tertinggal.

Sekolah Libur

Sementara itu, banjir di Kabupaten Rokan Hulu dikabarkan mengakibatkan aktivitas pendidikan di beberapa sekolah menjadi lumpuh. Semisal tujuh Sekolah Dasar Negeri (SDN) di daerah ini yang terendam banjir.

Kepala Dinas Pendidikan setempat, Muhammad Zen di Pasir Pengaraian, mengatakan, sekolah yang terendam tersebut di antaranya adalah adalah SDN Pekan Lama Muara Rumbai Kecamatan Rambah Hilir, SDN Ulak Patian, SDN Bunga Tanjung Kecamatan Kepenuhan, SDN 006 Kunto Darussalam , SDN 017 Sei Mandian, SMPN 1 Bonai Darussalam, SMAN 1 Bonai Darussalam Kecamatan Bonai, dengan ketinggian air mencapai hingga 1.5 meter.

Kondisi sekolah yang paling parah terkena banjir adalah SDN Ulak Patian, ketinggian air di sana mencapai dua pertiga dinding sekolah. "Kalau SDN Bunga Tanjung masih dalam keadaan berlumpur," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, akibat bencana itu aktivitas pendidikan terpaksa diliburkan, bahkan para siswa-siswi dan tenaga pengajar harus bergotongroyong membersihkan sekolah agar segera dapat melakukan aktivitas seperti biasa.

"Jika terlalu lama libur, anak-anak didik akan banyak ketinggalan pelajaran. Beberapa terakhir ini mereka memang sudah diliburkan, mereka libur sekitar empat hari," katanya.

Selain itu, dia menyampaikan, akibat banjir ini pihak sekolah tidak terlalu mengalami banyak kerugian karena sebelumnya kepala Dinas Pendidikan melalui pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) telah mengatakan kepada seluruh kepala sekolah agar waspada terhadap bencana banjir dan segera mengamankan seluruh buku-buku yang ada di sana.

Ia juga menerangkan bahwa banjir yang terjadi di Rokan Hulu tidak hanya merendam bangunan sekolah, namun juga ikut merendam ruas badan jalan menuju sekolah serta beberapa pemukiman warga hingga hari ini masih dalam kondisi terendam.

Banjir juga merendam sejumlah sekolah di Kabupaten Rokan Hilir. Pemerintah setempat juga terpaksa meliburkan aktivitas pendidikan untuk beberapa sekolah terkena bencana paling parah.

Dari data Disdik setempat, sekolah yang terkena dampak banjir paling parah yakni SDN 003 Sekapas Kecamatan Rantau Kopar dan SDN 009 Rokan Baru Pesisir Kecamatan Pakaitan. "Siswa di dua sekolah ini sudah diliburkan oleh kepala sekolah dan koordinasi dengan UPTD terkait," kata Kadisdik Rokan Hilir, Amiruddin.

Selain itu, dilaporkan banjir juga menggenangi beberapa sekolah di empat kecamatan, yakni SDN 005 Bagan Barat, SDN 006 Bagan Barat, SDN 025 Bagan Hulu, SDN 007 Bagan Jawa di kecamatan Bangko. SDN 018,SDN 014,SDN 003 SDN 002,SDN 007 dan SDN 002 dan SMP 001 kecamatan Rantau Kopar. SMP 1 dan SMP 2 Kecamatan Pekaitan,

"Sisanya belum diliburkan, hanya dua sekolah saja yang kondisinya parah. Disdik akan berupaya menberikan solusi dengan memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah yang terkena dampak banjir tersebut," katanya.

Hanyutkan Ternak

Sementara itu dilaporkan juga bahwa banjir memaksa ribuan hewan di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu diungsikan selain ada yang hanyut. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Said Saqlul Amri, mengatakan hewan ternak itu diungsikan ke badan jalan yang tidak terendam.

Ia mengatakan, banjir sudah melanda Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu selama dua pekan terakhir akibat tingginya intensitas hujan yang membuat air sungai meluap menggenangi permukiman.

Berdasarkan data BPBD Riau, jumlah hewan ternak yang telah diungsikan karena kandangnya kebanjiran di Kabupaten Rokan Hulu mencapai 502 ekor yang berlokasi di Kecamatan Tandun.

Jumlah pengungsi ternak paling banyak tercatat di Kabupaten Kampar, yakni mencapai 4.118 ekor. Ternak yang diungsikan berada di Kecamatan Kuok mencapai 4.000 ekor, dan Gunung Sahilan 118 ekor. Sedangkan untuk ternak yang hilang akibat terseret banjir belum ada data yang masuk ke BPBD.

Dilaporkan banjir di Kabupaten Indragiri Hilir juga mengakibatkan ratusan hewan ternak hanyut, sebagian berhasil diselamatkan dan diungsikan ke lokasi aman.

Banjir di Kabupaten Kampar juga merendam 1.834 rumah di tujuh kecamatan. Bahkan bencana itu telah merusak dua jembatan di Kecamatan Kampar Kiri Hilir.

Bencana tahunan itu bahkan turut merendam 168 hektare kebun karet dan 386 hektare kebun kelapa sawit milik warga setempat yang juga terancam rusak.

Saqlul mengatakan, bantuan untuk masyarakat yang menjadi korban di sejumlah wilayah itu terus disalurkan. Pihak BPBD sebelumnya telah mendistribusikan ribuan paket sembako dan sejumlah perahu karet dan mobil dapur umum untuk korban banjir di berbagai wilayah itu.

Sementara Badan SAR Nasional (Basarnas) Pekanbaru juga telah membantu dalam evakuasi warga menggunakan perahu karet. Dinas Sosial juga turut membantu dengan membuka tenda-tenda darurat di sejumlah lokasi aman dekat kawasan terendam banjir.

Namun bencana banjir masih menghantui jutaan masyarakat di Negeri Kaya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah (APBD) mencapai Rp10 triliun. Riau masuk tujuh besar APBD terbesar se Indonesia menurut Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan menggunakan data berbasis Badan Pusat Statistik (BPS).

Dimana salahnya? Negeri Kaya itu masih dibayangi segudang masalah lingkungan menyebabkan bencana; selain asap, juga banjir.