Polusi Udara Picu Mutasi Kanker Paru pada Nonperokok

id Polusi,kanker

Polusi Udara Picu Mutasi Kanker Paru pada Nonperokok

Arsip foto - Petugas kesehatan mengamati hasil rontgen thorax saat layanan keliling deteksi Tuberkulosis di Kelurahan Karundang, Kota Serang, Banten, Senin (3/1/2025). (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/Spt)

Pekanbaru (ANTARA) - Paparan polusi udara partikulat halus terbukti memiliki kaitan kuat dengan peningkatan mutasi genetik pada tumor kanker paru-paru, bahkan pada individu yang tidak pernah merokok. Temuan ini berasal dari studi terbesar yang pernah dilakukan terhadap kanker paru-paru di kalangan nonperokok, dipimpin oleh National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat dan dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu (2/7).

Dalam proyek riset bertajuk Sherlock-Lung, para ilmuwan dari Institut Kanker Nasional NIH dan Universitas California San Diego menganalisis tumor paru-paru dari 871 pasien nonperokok di 28 negara. Hasilnya menunjukkan bahwa polusi udara, khususnya dari emisi kendaraan dan aktivitas industri, berhubungan erat dengan mutasi pada gen pemicu kanker seperti TP53, serta pola mutasi genetik yang selama ini umum ditemukan pada perokok.

Baca juga: Paparan polusi udara selama kehamilan bisa tingkatkan risiko depresi

Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa paparan polusi berdampak pada pemendekan telomer—struktur pelindung di ujung kromosom yang berperan penting dalam stabilitas genetik. Telomer yang lebih pendek dikaitkan dengan penuaan sel dan meningkatnya risiko perkembangan kanker.

Studi ini menegaskan bahwa polusi udara bukan hanya ancaman terhadap sistem pernapasan, tetapi juga menjadi pemicu biologis serius yang mengubah lanskap genetik tumor paru-paru. Fakta bahwa hingga 25 persen kasus kanker paru-paru global terjadi pada nonperokok menjadi alarm keras bagi perlindungan lingkungan yang lebih ketat dan penanggulangan polusi secara global.

Baca juga: Dokter ingatkan paparan polusi udara bisa sebabkan penyakit kanker paru

“Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana faktor lingkungan dapat memicu kanker tanpa keterlibatan tembakau, dan mendorong pentingnya kebijakan kesehatan publik berbasis data,” ungkap para peneliti dalam publikasinya.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.