Siak (ANTARA) - Polri menggandeng berbagai pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) melalui Jambore Karhutla 2025 yang resmi dibuka oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo di Kabupaten Siak, Jumat.
Jenderal Listyo bersama Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni membuka kegiatan yang diikuti sekitar 2.000 peserta dari 12 kabupaten/kota se-Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru yang mengirimkan 60 peserta.
Sedangkan daerah lain seperti Siak, Kampar, Dumai hingga Kepulauan Meranti masing-masing mengirimkan 40 peserta.
Dalam sambutannya, Jenderal Listyo mengapresiasi Pemerintah Provinsi Riau dan Forkopimda atas kerja sama dan komitmen dalam menanggulangi Karhutla yang kerap mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat setiap tahun.
Ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki kawasan hutan seluas 95,5 juta hektar, menjadikannya sebagai negara dengan hutan terluas kedelapan di dunia. Namun kekayaan alam ini tidak lepas dari tantangan serius, salah satunya adalah Karhutla yang terus menjadi ancaman setiap tahun.
"Sepanjang tahun 2024, luas lahan yang terbakar di Indonesia mencapai 376 ribu hektar. Khusus di Provinsi Riau, tercatat 11 ribu hektar lahan terbakar, menempatkan wilayah ini pada peringkat ke-11 nasional," ujar Jenderal Listyo.
Sebagai langkah konkret, Polri terus mendorong mitigasi terpadu melalui edukasi, patroli, teknologi pemantauan titik panas hingga penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pembakaran lahan.
Jambore Karhutla 2025 juga diwarnai penanaman 110 bibit pohon berbagai jenis seperti meranti, gaharu, durian unggul, dan mangga sebagai kontribusi terhadap gerakan menanam nasional yang diinisiasi Presiden RI.
"Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah nyata dalam memperkuat komitmen bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan, sebagai modal utama dalam menggapai visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045," pesannya.
Kegiatan pelestarian turut diisi dengan pelepasliaran 565 ekor burung, termasuk burung Srindit khas Riau yang dilindungi, sebagai upaya mengembalikan satwa ke habitat alaminya di kawasan Hutan Tahura Sultan Syarif Hasyim.
Kehadiran tiga gajah jinak dari Pusat Pelatihan Gajah Minas bernama Bangkin, Dayang, dan Vera yang tampak memberi hormat kepada Kapolri saat apel pembukaan menjadi simbol peran satwa dalam konservasi dan mitigasi bencana.
Selama tiga hari pelaksanaan, peserta mengikuti berbagai kegiatan edukatif dan kolaboratif di perkemahan Tahura, menjadikan jambore ini bukan sekadar acara seremonial, tapi gerakan kolektif menjaga lingkungan menuju Indonesia Emas 2045.