Jakarta (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta memprioritaskan pengendalian serangan hama tikus pada awal tanam atau pengendalian dini.
"Upaya ini dilakukan untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadium generatif padi," kata Pelaksanaan tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Senin.
Menurut dia, pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama atau berkelompok dan terkoordinasi secara luas di hamparan persawahan.
"Langkah pengendalian yang sudah dilakukan oleh petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) beserta dengan petugas lapang lainnya adalah dengan melakukan beberapa langkah pengendalian hama terpadu," katanya.
Ia mengatakan, pengendalian hama terpadau (PHT) yang telah dilakukan meliputi gropyokan massal atau berburu tikus oleh semua anggota kelompok tani. Gerakan ini dilakukan serentak pada saat sebelum tanam dengan melibatkan seluruh petani.
"Pada saat gropyokan ada berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang atau pembongkaran sarang tikus yang ada di tanggul irigasi, jalan sawah ataupun lahan kosong, pemukulan dan penjeratan," katanya.
Suparmono mengatakan, PHT lainnya yakni dengan pengumpanan racun tikus dengan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus. Tehnik pengumpanan dilakukan pada fase vegetatif.
"Kemudian langkah lainnya PHT yakni dengan pengemposan/fumigasi. Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, lubang tikus ditutup dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Fumigasi dilakukan selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi," katanya.
Suparmono mengatakan, cara termudah pengendalian tikus adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya hewan pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, Dan ular tikus.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil analisis hama tikus di Kabupaten Sleman pada 2024, luas serangan hama tikus sampai dengan akhir 2024 adalah 559 hektare.
"Luas tambah serangan hama tikus pada 2024 di Kabupaten Sleman diperoleh data tingkat serangan hama tikus masing-masing tingkat, untuk tingkat serangan ringan seluas 410 hektare, tingkat serangan sedang seluas 81 hektare, tingkat serangan berat seluas 42 hektare dan tingkat serangan puso seluas 26 hektare, dengan jumlah total ada 559 hektare," katanya.
Melalui berbagai upaya pengendalian yang dilakukan baik secara preventif maupun responsif dengan prinsip-prinsip PHT selama 2024 di Kabupaten Sleman mampu mengendalikan 135 hektare dari total luas tambah serangan 559 hektare.
"Sehingga serangan riil hama tikus pada 2024 di Kabupaten Sleman terjadi seluas 424 hektare," katanya.
Baca juga: Mentan Andi Amran targetkan PDB pertanian naik jadi 4,81 persen pada 2029
Baca juga: Manfaatkan lahan pertanian, Polres Inhil implementasi Asta Cita Presiden Prabowo