BI sebut transaksi QRIS melonjak tajam hingga 226,54 persen

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, BI

BI sebut transaksi QRIS melonjak tajam hingga 226,54 persen

Ilustrasi - Manajemen Bank Indonesia bersama Pj Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq (tiga kanan) memindai kode batang pada pembukaan pekan QRIS nasional di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (20/8/2022). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) mencatatkan pertumbuhan yang signifikan dalam setahun terakhir, yakni mencapai 226,54 persen.

“Transaksi QRIS tumbuh 226,54 persen year-on-year (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 50,50 juta dan jumlah merchant 32,71 juta,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu.

Berbeda dengan QRIS yang melonjak tajam, transaksi ATM/D dan kartu kredit mengalami penurunan. Transaksi pembayaran yang menggunakan kartu ATM/D turun 8,42 persen yoy menjadi 1.759,92 juta transaksi. Sementara transaksi kartu kredit tumbuh 20,92 persen yoy mencapai 114,31 juta transaksi.

Adapun transaksi digital lainnya juga mengalami peningkatan. Dari sisi nilai besar, transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) meningkat 13,42 persen yoy, sehingga mencapai Rp42.008,08 triliun.

Dari sisi ritel, volume transaksi BI-FAST tumbuh positif 67,79 persen yoy mencapai 785,95 juta transaksi. Transaksi digital banking tercatat sebanyak 5.363,00 juta transaksi atau tumbuh sebesar 34,49 persen yoy. Sedangkan transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 39,42 persen yoy mencapai 3.958,53 juta transaksi.

Adapun dari sisi pengelolaan uang rupiah, BI melaporkan jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbh 6,61 persen yoy menjadi Rp1.057,8 triliun.

“Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada triwulan II-2024 tetap kuat, didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal,” ujar Perry.

Perry memastikan BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Untuk sistem pembayaran, kebijakan diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

Baca juga: Nilai tukar rupiah menanjak jelang pengumuman hasil RDG BI

Baca juga: Bank Indonesia terus cermati ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi