Jakarta (ANTARA) - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi sikap para investor yang menunggu hasil pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) pada pekan ini.
Pada akhir perdagangan Selasa, kurs rupiah melemah 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.259 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.255 per dolar AS.
“Indeks dolar naik sekitar 0,3 persen di perdagangan Asia, karena investor bersiap untuk pertemuan Fed (FOMC). Kekhawatiran akan suku bunga AS yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama menempatkan dolar pada jalur kenaikan 1,3 persen di bulan April,” katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa.
The Fed diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga tetap stabil. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell dinyatakan akan memberikan pernyataan hawkish terhadap suku bunga seiring adanya data inflasi AS yang kuat
Meninjau faktor dari ekonomi Tiongkok, data Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan aktivitas manufaktur sedikit melemah dari yang diperkirakan pada bulan April dibandingkan Maret, yakni 50,4 dari sebelumnya 50,8.
Selain itu, PMI non-manufaktur pada bulan April melemah lebih dari yang diperkirakan dengan angka aktual 51,2 dan perkiraan 52,3.
"Meskipun survei swasta memberikan gambaran yang lebih baik mengenai sektor manufaktur, data pada hari Selasa (30/4) masih menguraikan pelemahan berkelanjutan dalam perekonomian Tiongkok, meskipun kuartal pertama menunjukkan kinerja yang kuat,” ungkap dia.
Untuk perdagangan Kamis (2/5), mata uang rupiah diprediksi bergerak secara fluktuatif dengan ditutup menguat direntang Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah merosot jelang FOMC AS
Baca juga: Nilai tukar rupiah Rabu pagi naik 55 poin menjadi Rp16.165 per dolar AS