Menengok syukuran panen padi di desa terluar Riau

id Kuala kampar, panen padi

Menengok syukuran panen padi di desa terluar Riau

Panen padi di Deaa Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan. (ANTARA/dok)

Pelalawan (ANTARA) - Kapal Motor Tenggiri baru saja merapatkan sauhnya di Desa Teluk Bakau, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan. Sebuah pelabuhan kecil mengantarkan kami di daerah terluar Provinsi Riau itu.

Kapal motor merupakan satu-satunya akses menuju daerah yang sebagian besar dikelilingi pertanian sawah itu. "Daerah kita (Teluk Bakau) memang mengandalkan padi sebagai pendapatan utama masyarakat. Selain perkebunan kelapa," ujar Kepala Desa Teluk Bakau, Zamzami.

Hujan baru saja turun. Wawancara pun terpaksa berhenti. Kemudian salah seorang warga mengundang kami masuk ke rumah. Sebuah rumah sederhana, rumah panggung. Pemiliknya bernama M Kadir. Dia juga seorang petani padi. Dia meminta istrinya membuat kopi dan teh. Sebuah keakraban tercipta disana.

Menurut Zamzami, di Desa Teluk Bakau, luas tanaman padi mencapai lebih dari 455 ha. "Kami menjadi daerah penyangga beras lokal di Pelalawan. Kalau masyarakat sini tidak perlu risau dengan beras karena produksinya melimpah. Hampir setiap warga punya lahan padi," ujarnya.

Sebagai daerah sentra padi di Pelalawan, hampir disepanjang hamparan atau jalur menuju perkampungan warga dikelilingi tanaman padi, sisanya kelapa. Dan tentunya sarang burung walet yang memang menjadi lumrah ditemukan di daerah pesisir. Tidak hanya itu, sejumlah kilang padi juga ada di sana.

Syukuran Panen Program UBI

Hari itu, Rabu pagi (7/3) di Desa Teluk Bakau menggelar syukuran panen padi. Ramai masyarakat datang untuk bersama-sama mendengarkan penjelasan dari Yayasan FIELD (Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy) Indonesia yang telah berhasil memberdayakan petani setempat melalui program Udara Bersih Indonesia (UBI).

Salah satunya adalah kelompok tani Cempaka Merah.Program Udara Bersih Indonesia (UBI) yang dikembangkan Yayasan FIELD Indonesia adalah sebagai bentuk peran aktif mendukung program-program pemerintah dalam rangka mengurangi risiko perubahan iklim, pembakaran lahan pertanian, dan menciptakan udara bersih di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Penerima manfaat langsung Program Udara Bersih Indonesia (Program UBI) ini adalah masyarakat petani melalui pelatihan-pelatihan praktik pertanian yang dapat mewujudkan udara bersih.

Fasilitator Provinsi Riau untuk program Udara Bersih Indonesia dari Yayasan FIELD Indonesia Aryani Kodriyana menjelaskan program UBI memperkenalkan metode pertanian mulsa tanpa olah tanah (MTOT) seperti memanfaatkan jerami padi sebagai penutup tanah. Lainnya adalah metode bedengan kayu atau hugelkultur dan metode kandang ayam alas serasah serta pupuk cangkang telur.

"Ada empat metode untuk menciptakan udara bersih Indonesia. Nah, yang kita terapkan di desa Teluk Bakau yakni metode MTOT. Alhamdulillah, berhasil karena panen padi meningkat," ujarnya saat memberikan sambutan kepada masyarakat yang hadir.

Dia pun mengungkapkan keberhasilan tersebut karena Teluk Bakau merupakan daerah sentra padi sehingga memerlukan sentuhan inovasi tersendiri agar produksi padi di daerah tersebut terjaga dengan baik.

"Tantangan petani yang terbesar adalah hama sehingga dengan adanya MTOT bisa mengintensifkan upaya peningkatan hasil produksi padi," katanya dengan lugas.

Sementara itu, Kepala Desa Teluk Bakau,

Zamzami menyambut baik program UBI karena hasilnya telah mampu meningkatkan produktivitas hasil panen padi milik masyarakat Teluk Bakau.

"Kami berharap program UBI terus berlanjut ke desa kami karena dengan adanya UBI, konservasi lingkungan dapat terjaga dengan baik. Tidak hanya itu, penggunaan pupuk dan racun bisa diminimalisir sehingga menghemat pengeluaran petani dalam menjaga tanaman padi mereka," urainya.