Anggota DPRD Riau soroti 700 ha sawah gagal panen di Kuala Kampar

id DPRD RIAU,sawah riau,gagal panen,berita riau antara,berita riau terbaru

Anggota DPRD Riau soroti 700 ha sawah gagal panen di Kuala Kampar

Anggota DPRD Riau Markarius Anwar menjemput aspirasi dalam kunjungan resesnya di Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan (ANTARA/Diana Syafni).

Pekanbaru (ANTARA) - Anggota DPRD Riau Markarius Anwar menjemput aspirasi masyarakat di Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan. Dalam pertemuan itu, warga mengeluhkan jebolnya tanggul pembatas antara pantai dengan area persawahan masyarakat yang mengakibatkan 700 hektare lahan pertanian mengalami gagal panen.

"Masyarakat minta dibangun tanggul permanen, tanggul yang ada saat ini tidak kuat menahan gelombang laut. Kami sempat meninjau lahan pesawahan masyarakat yang sedang panen dan lahan sawah yang gagal panen tersebut," ungkap Markarius yanh merupakan Ketua Fraksi PKS DPRD Riau melalui keterangannya kepada Antara, Jumat.

Padahal, menurutnya, Desa Sungai Upih, Desa Sungai Solok dan Desa Teluk Bakau di kecamatan kuala kampar merupakan sentra pertanian padi untuk Kabupaten Pelalawan, dengan luas lahan persawahan 3.000 hektare lebih. Tentu dengan kondisi robohnya tanggul ini akan berdampak pada kerugian masyarakat.

Dia akan membantu memperjuangkan untuk dibangunnya tanggul permanen dari alokasi anggaran provinsi dan pusat, karena luas lahan 3.000 hektare ini butuh tanggul yang cukup besar anggarannya.

"Saya juga mendorong pemerintah supaya meningkatkan usaha teknologi pertanian agar hasil panen masyarakat juga meningkat. Saat ini masih kisaran 1 s/d 2 ton per hektar, sementara di tempat lain seperti di Bunga Raya hasil panennya kisaran 7 sd 12 ton per Ha," paparnyaAlumni Universitas S2 Urban Designer Universitas Teknologi Malaysia itu.

Permasalahan kedua yang dikeluhkan masyarakat yakni infrastruktur jalan. Dikatakannya kondisi saat ini masih banyak yang belum disemenisasi. Salah satunya adalah jalan lingkar Pulau Mendol.

"Kalaupun sudah disemen sebelumnya, lebarnya hanya 1 meter, itupun sebagian besar sudah rusak. Kami naik motor selama 1,5 jam dengan kondisi jalan yang cukup rawan. Jadi ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah," tuturnya.

Aspirasi yang ketiga yaitu kebutuhan sarana dan prasarana pendidikaan yang masih minim jika dibandingkan sekolah di kecamatan yang lain.

"Salah satu guru SMP N di desa Sungai Upih menyampaikan aspirasinya kepada kami, ia mengeluhkan minimnya sarana belajar mengajar, seperti laboratoriun komputer untuk UN (Ujian Nasional), alat-alat labor, rumah dinas guru, pagar dan lainnya. Tentu ini juga hal utama yang harus menjadi evaluasi pemerintah, karena berhubungan dengan dunia pendidikan generasi penerus bangsa," tuturnya.

Markarius menuju lokasi reses dibutuhkan waktu lebih kurang tujuh jam perjalanan.

"Perjalanan darat melalui jalan lintas bono 3,5 jam, naik pompong dari pulau mudo dua jam, lanjut naik sepeda motor 1,5 jam. Memang sedikit melelahkan, namun terbayar tuntas dengan senyum penuh keakraban dari warga yang menyambut kami," ungkap pria yang akrab disapa pak Eka tersebut.

Reses yang dihadiri lebih dari 300 orang tersebut disambut dengan hangat dan antusias oleh warga setempat. Ia menyampaikan ada 3 permasalahan penting yang dihadapi masyarakat Kuala Kampar.

Baca juga: Petani Sabak Auh pompa air Sungai Siak dialirkan ke sawah

Baca juga: Waduh, Puluhan hektare sawah di Batang rawan gagal panen

Baca juga: Hakim vonis bersalah terdakwa korupsi cetak sawah Pelalawan