Jakarta (ANTARA) - Kehamilan merupakan perjalanan yang unik dan transformatif bagi perempuan, namun bagi sebagian perempuan, hal ini dapat menjadi rumit karena adanya kondisi medis yang mengkategorikan kehamilan mereka sebagai "berisiko tinggi".
Dalam kasus tersebut, proses melahirkan harus dipertimbangkan secara hati-hati, termasuk pilihan untuk melahirkan di air atau waterbirth.
Meskipun melahirkan di air sering kali dianggap aman dan alami untuk kehamilan berisiko rendah, kesesuaian metode ini untuk kehamilan berisiko tinggi memerlukan evaluasi yang lebih mendalam.
Ditulis laman Hindustan Times, Minggu (28/1) waktu setempat, Ginekolog Senior dan Ahli Obstetri Dr Aruna Kalra mengatakan kehamilan berisiko tinggi mencakup berbagai kondisi, seperti preeklamsia, diabetes gestasional, kehamilan ganda (kembar atau lebih), dan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti hipertensi atau penyakit jantung yang memerlukan pemantauan ketat.
"Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat dan perawatan khusus selama kehamilan, persalinan, dan persalinan. Melahirkan di air untuk kehamilan berisiko tinggi adalah topik yang kompleks dan kelayakannya bergantung pada berbagai faktor," katanya.
Beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan bagi ibu hamil berisiko yang ingin melakukan waterbirth diantaranya adalah berkonsultasi dengan dokter kandungan yang memiliki spesialisasi dalam perawatan risiko tinggi. Mereka dapat menilai kondisi spesifik dan mendiskusikan kelayakan waterbirth.
Selain itu keputusan untuk melahirkan di air harus dibuat berdasarkan individu. Tingkat keparahan dan stabilitas kondisi akan dipertimbangkan. Pemantauan terus menerus terhadap tanda-tanda vital bayi dan ibu sering kali diperlukan selama persalinan pada kehamilan berisiko tinggi. Melahirkan di air mungkin tidak cocok jika pemantauan ketat diperlukan.
Dr. Aruna menyimpulkan keputusan untuk melakukan waterbirth pada kehamilan berisiko tinggi merupakan keputusan rumit yang bergantung pada beberapa faktor. Keselamatan ibu dan bayinya tetap menjadi prioritas utama.
Meskipun melahirkan di air terkenal karena kualitasnya yang alami dan menenangkan, persalinan di air mungkin tidak selalu menjadi pilihan teraman dalam skenario berisiko tinggi.
Pada akhirnya, kesesuaian waterbirth untuk kehamilan berisiko tinggi ditentukan berdasarkan kasus per kasus, dengan mempertimbangkan keadaan individu dan bimbingan dari spesialis layanan kesehatan.
Ibu hamil harus terlibat dalam diskusi terbuka dan terinformasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk membuat pilihan terbaik untuk situasi unik mereka, memastikan kedatangan anak-anak mereka yang berharga dengan selamat.
Baca juga: Kylie Jenner konfirmasi kehamilan anaknya yang kedua
Baca juga: Alergi pada anak bisa dicegah sejak masa kehamilan, begini penjelasannya
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB