Senandung alat musik gambus Melayu yang tembus pasar internasional

id Gambus

Senandung alat musik gambus Melayu yang tembus pasar internasional

Pengrajin alat musik gambus, Robithah Irawan saat memainkan alat musik buatannya. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Pekanbaru (ANTARA) - Gambus, salah satu alat musik Melayu dengan alunan merdunya, yang biasa dimainkan pada sejumlah acara adat ternyata bisa menembus pasar internasional.

Salah satu pengrajin alat musik gambus yang telah mendunia ini ialah Robithah Irawan. Mulai dari pemilihan kayu hingga proses pembuatan, semua dilakukan olehnya.

Bermula dari permintaan seorang seniman pada 2016, ia mencoba membuat alat musik musik berdawai itu dengan lebih modern namun tetap tak menghilangkan keistimewaannya.

"Awalnya, kita produksi berdasarkan permintaan seniman Melayu. Sebab alat musik Melayu saat itu kondisinya agak susah dimainkan untuk tampil di atas panggung," sebutnya kepada ANTARA saat ditemui, Senin.

Robithah mulai mencoba mencari solusi dari permasalahan tersebut. Selain itu, ia juga menginginkan generasi muda tertarik dengan alat musik Melayu.

"Sebelumnya alat musik Melayu identik dengan ketinggalan jaman sehingga tidak bisa dimainkan dengan alat musik modern. Maka, kami mencoba membuat gebrakan alat musik Melayu agar setara dengan alat musik modern," tutur Robithah.

Berbeda dengan gambus tradisional yang tanpa fret, gambus buatan Robithah ini dilengkapi dengan fret untuk mempermudah proses pembelajaran bagi yang ingin memainkannya. Tujuan utamanya adalah agar generasi muda tertarik dan lebih mudah memainkannya.

Apabila pemain sudah mulai pandai gambus modern, barulah dialihkan ke gambus tradisional yang tanpa fret.

Proses pembuatan gambus sendiri dimulai dari pemilihan kayu. Kayu yang digunakan Robithah ialah kayu pohon nangka, mahoni dan akasia. Tergantung kayu yang didapatkan.

"Kayu tersebut kita keringkan sampai sebulan. Apabila kadar airnya tinggal 14 persen, baru bisa diolah dengan mesin dan membentuknya sehingga menjadi bentuk gambus," terangnya.

Setelah kayu kering, proses pengerjaan bisa memakan waktu hingga dua minggu. Sebab gambus dibuat dari satu kayu utuh, sehingga perlu perhatian lebih agar menghasilkan bunyi yang indah.

Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari Rp2,5 - Rp5 juta. Bahkan gambus buatan Robithah pernah dilelang dengan harga tertinggi Rp12 juta dalam acara Gebyar Lelang UMKM di Balai Serindit Provinsi Riau pada 2022 lalu.

Selain memiliki galeri sendiri untuk pemasarannya gambus buatannya, Robithah juga menerima pesanan dari sanggar, seniman, budayawan hingga kolektor.

"Ada pesanan dari sanggar di Riau, Bangka, Batam sampai Kalimantan. Kolektor dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura bahkan Afrika Selatan juga pernah," pungkasnya.
Proses pembuatan alat musik gambus. (ANTARA/Annisa Firdausi)