Tokyo (ANTARA) - Harga minyak jatuh di perdagangan Asia pada Selasa sore, melepaskan kenaikan awal, karena kekhawatiran tentang kelangsungan kesepakatan plafon utang AS mendinginkan sentimen risiko pasar dan pesan beragam dari para produsen utama mengaburkan prospek pasokan menjelang pertemuan mereka akhir pekan ini.
Minyak mentah berjangka Brent turun 59 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 76,48 dolar AS per barel pada pukul 06.15 GMT setelah naik 0,5 persen do awal perdagangan.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 42 sen menjadi diperdagangkan di 72,25 dolar AS per barel, turun 0,6 persen dari penutupan Jumat (26/5/2023). Tidak ada penyelesaian perdagangan pada Senin (29/5/2023) karena hari libur umum AS.
Beberapa anggota parlemen sayap kanan dari Partai Republik mengatakan pada Senin (29/5/2023) bahwa mereka mungkin menentang kesepakatan yang akan menaikkan plafon utang di AS, pengguna minyak terbesar dunia, sementara Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy tetap optimis kesepakatan itu akan disahkan.
Biden dan McCarthy membuat kesepakatan tentang utang selama akhir pekan dan harus melewati Kongres AS yang terpecah sebelum 5 Juni, hari ketika Departemen Keuangan mengatakan negara itu tidak akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya yang dapat mengganggu pasar keuangan.
"(Pernyataan) kontradiktif dari Partai Republik dan anggota parlemen membuat investor sebagian besar berinvestasi dalam kebuntuan," kata Priyanka Sachdeva, analis pasar dari Phillip Nova, dikutip dari Reuters.
Batas waktu utang hampir bertepatan dengan pertemuan 4 Juni Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dan ketidakpastian apakah mereka akan meningkatkan pengurangan produksi mereka di tengah penurunan harga baru-baru ini juga membebani pasar.
"Investor telah mengalihkan perhatian mereka ke hasil pertemuan OPEC+ akhir pekan ini karena ada pesan beragam dari produsen-produsen minyak utama," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman pekan lalu memperingatkan short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun untuk "waspada", kemungkinan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi.
Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.
Pada April, Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,2 juta barel per hari, sehingga total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, menurut perhitungan Reuters.
"Pemangkasan produksi sukarela pada April membuat pasar lengah. Kali ini, investor sangat berhati-hati sebelum keputusan akhir diumumkan," kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah catatan.
Data sektor manufaktur dan jasa-jasa China yang keluar akhir pekan ini juga akan diteliti untuk isyarat pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak utama dunia.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia, pasar tunggu kejelasan langkah OPEC selanjutnya
Baca juga: Harga minyak turun di awal sesi Asia karena ketidakpastian utang AS
Berita Lainnya
Trafik broadband Telkomsel melonjak 11.36%, sukses hadirkan kenyamanan jaringan dan layanan di Pilkada Serentak 2024
04 December 2024 16:37 WIB
Alwi Farhan bernostalgia dalam pertandingan Kejurnas PBSI 2024
04 December 2024 16:30 WIB
BMKG: Selama setahun wilayah NTB diguncang 7.000 gempa bumi
04 December 2024 16:24 WIB
PBB peringatkan situasi dan kondisi di Suriah sangat fluktuatif dan berbahaya
04 December 2024 16:06 WIB
Pelaku UMKM di Siak terima wakaf gerobak dari program CWLD Seri-002 YBRKS
04 December 2024 15:58 WIB
Grup idola SEVENTEEN jadi salah satu penampil di Billboard Music Awards 2024
04 December 2024 15:36 WIB
PalmCo business cockpit, pionir transformasi digital BUMN Perkebunan menuju world class agriculture company
04 December 2024 15:26 WIB
Depresi dan kurang tidur dapat picu hingga perparah rasa nyeri haid
04 December 2024 15:16 WIB