Jakarta (ANTARA) - Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan hingga 45 masalah kesehatan hingga bersifat kronis menurut sebuah studi baru.
Sebuah jurnal yang diterbitkan oleh penyedia pengetahuan kesehatan global BMJ, menganalisis 67 studi observasional dan enam uji coba terkontrol secara acak yang merinci 83 hasil kesehatan pada orang dewasa dan anak-anak, seperti disiarkan laman Healthline, Jumat (7/4).
Mereka menemukan hubungan antara konsumsi gula dan 45 hasil kesehatan, termasuk penyakit jantung, diabetes, obesitas, asma, depresi, sejumlah kanker seperti kanker payudara, prostat, dan pankreas, hingga kematian.
Para peneliti menemukan bahwa minuman yang diberi pemanis berupa gula, seperti soda, berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi untuk kondisi kesehatan tertentu seperti asam urat, obesitas dan masalah jantung seperti stroke dan serangan jantung.
Saking berbahaya dampak minuman manis, mereka merekomendasikan untuk mengkonsumsinya tidak lebih dari satu porsi dalam seminggu.
"Asupan gula yang berlebihan menempatkan pada risiko lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular, kanker tertentu, penyakit hati, penyakit ginjal, diabetes, kadar kolesterol tinggi, kerusakan gigi, dan penambahan berat badan," kata ahli gizi Jamie Nadeau.
Panduan Pola Makan untuk Warga Amerika menganjurkan asupan gula harus kurang dari 10 persen dari total kalori. Untuk diet 2.000 kalori standar, jumlah gula harus di bawah 200 kalori.
Para ahli menyarankan untuk menurunkan asupan gula maksimal enam sendok teh per hari.
"The American Heart Association sedikit lebih ketat dan merekomendasikan tidak lebih dari 9 sendok teh gula tambahan per hari untuk pria dan tidak lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari untuk wanita," kata Nadeau.
Meskipun mengurangi asupan gula, Nadeau juga mengingatkan adalah penting menjaga nutrisi seimbang dan memahami berapa banyak gula yang dikonsumsi. Jika diet terlalu ketat, seseoran dikhawatirkan akan mengonsumsi gula tambahan secara berlebihan ketika diet gula terhenti.
Baca juga: Puasa bermanfaat bagi para penyandang diabetes
Baca juga: Benarkah sariawan jadi salah satu gejala diabetes?