Tokyo (ANTARA) - Diaspora Muslim Indonesia menggalang dana untuk membangun masjid Indonesia As-Sholihin yang berlokasi di Midori-ku, Yokohama, Prefektur Kanagawa, Jepang.
Pengasuh As-Sholihin Yokohama Foundation Arif Junaidi di Tokyo pada Senin mengatakan target tahun ini adalah pembebasan lahan senilai Rp18 miliar.
“Kita targetkan di 2023 ini, kita membebaskan lahan dengan harga 18 miliar kalau dirupiahkan atau 2,5 juta dolar AS. (Dana yang terkumpul) masih jauh sekali dari dana itu, masih tiga persen,” katanya.
Total dana yang sudah terhimpun hingga 10 Maret 2023, yakni 9 juta yen atau sekitar Rp1 miliar yang sudah digunakan untuk uang muka senilai 3 juta yen atau Rp351 juta pada Januari 2023.
Dia menargetkan tahun depan pembangunan konstruksi sudah bisa dilakukan apabila pembebasan lahan rampung.
“Lahan yang kita sudah dapat itu sebetulnya bukan hanya dibangun untuk masjid saja. Jadi di situ ada dua unit apartemen dengan 10 kamar yang sisa tanahnya itu sekitar 377 meter persegi. Jadi, ini proyek yang bisa terus mengalir amal jariyahnya bukan dari pembangunan masjid saja, ada wakaf produktif dari unit apartemen yang kita beli nanti,” katanya.
Dia menuturkan ke depannya, tidak hanya masjid yang berdiri, tetapi juga toko halal atau ruang-ruang yang bisa disewakan untuk badan usaha.
Arif menjelaskan awal mula tercetus ide pembangunan masjid Indonesia As-Sholihin adalah dari komunitas Muslim Kirigaoka, Yokohama yang kerap aktif dalam kegiatan-kegiatan syiar Islam, seperti pengajian rutin, bantuan sosial dan lainnya.
“Seiring bertambahnya jumlah populasi warga Indonesia Muslim di Yokohama, maka sudah saatnya memiliki tempat ibadah, yaitu masjid,” ujarnya.
Dia menambahkan tidak hanya warga Muslim Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, India dan lainnya yang sudah menetap dan berkeluarga, dan sebagian besar di antaranya adalah perawat, teknisi, dan pemagang.
Arif menuturkan selama ini komunitas Muslim di wilayah itu harus menyewa tempat untuk melaksanakan shalat Jumat serta kegiatan lainnya, bahkan kadang beribadah di salah satu tempat tinggal secara bergantian.
“Tempat tinggal tersebut tidak cukup banyak menampung jamaah, belum lagi adanya aduan dari tetangga sekitar,” katanya.
Untuk itu, menurut dia, masjid menjadi kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan, pusat pendidikan dan dakwah Islam.
Kendala yang dihadapi, lanjut dia, yakni kekurangan dana, batas waktu kontrak hanya dua bulan setelah penandatanganan serta banyaknya kampanye lain yang bersaing di Jepang.
Saat ini, pihaknya juga menggandeng berbagai pihak, seperti amalsholeh.com, kitabisa.com dan launchgood.com untuk penggalangan dana.
Baca juga: Melihat meriahnya shalat Idul Adha di Masjid Indonesia Tokyo
Baca juga: Masjid utama Tokyo akhirnya dibuka kembali setelah tutup selama 10 pekan
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB