London (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut kemauan China untuk memainkan "peran konstruktif" guna mengatasi krisis Ukraina, dalam artikel yang diterbitkan pada Minggu (19/3), menjelang kedatangan Presiden China Xi Jinping ke Rusia.
Putin, dalam artikel yang disebut Kremlin ditulis untuk sebuah surat kabar China, menyebut Xi sebagai "teman lama yang baik" dan mengatakan bahwa Rusia berharap banyak akan lawatannya.
Xi merupakan pemimpin China pertama yang pergi ke Rusia sejak Putin meluncurkan "operasi militer spesial"-nya tahun lalu.
"Kami berterima kasih atas pandangan seimbang (China) terkait dengan kejadian yang terjadi di Ukraina, dalam memahami latar belakang dan penyebab sesungguhnya. Kami menyambut kemauan China untuk memainkan peran konstruktif dalam mengatasi krisis," kata Putin.
Xi dan Putin menandatangani perjanjian kemitraan "tanpa batas" sebelum invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.
China menyatakan tetap netral dalam konflik Ukraina, sembari mengkritik sanksi Barat terhadap Rusia dan menegaskan kembali kedekatan hubungannya dengan Moskow.
Beijing pada Februari tahun ini menerbitkan sebuah kajian 12 poin yang menyerukan dialog serta sebuah penyelesaian di Ukraina, tetapi kajian itu hanya berisi pernyataan umum dan tidak ada proposal konkret tentang bagaimana perang yang telah berlangsung setahun itu dapat berakhir.
Ukraina, yang mensyaratkan setiap penyelesaian harus membutuhkan penarikan mundur Rusia dari semua wilayah yang dicaploknya termasuk Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia sejak 2014, menyambut proposal China dengan hati-hati.
Amerika Serikat (AS) telah bereaksi dengan skeptisisme mendalam, mengingat penolakan China untuk mengutuk invasi Rusia.
AS juga menyatakan gencatan senjata saat ini hanya akan menghasilkan Rusia memperoleh tambahan wilayah serta memberikan Putin lebih banyak bagi pasukannya untuk berkonsolidasi.
Washington telah menyatakan sejak bulan lalu mengenai kecemasannya bahwa China akan menyediakan Rusia dengan persenjataan, tudingan yang disangkal Beijing.
Putin juga mengatakan hubungan Rusia-China berada di tingkat tertinggi dalam sejarah dan mereka mengoordinasikan kebijakan luar negeri mereka untuk melawan ancaman bersama, saat AS berupaya membendung kedua negara tersebut menjadi "karakter yang lebih tajam dan lebih tegas".
Baca juga: Joe Biden sebut Putin telah lakukan kejahatan perang
Baca juga: Digempur sanksi, Vladimir Putin klaim ekonomi Rusia berkembang lewat model baru
Sumber : Reuters
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB