Masa depan Sekolah Islam Terpadu di Pekanbaru

id Sd it

Masa depan Sekolah Islam Terpadu di Pekanbaru

Gedung SDIT Raudhaturrahmah. (ANTARA/Syafira Hasna)

Pekanbaru (ANTARA) - Kesadaran akan pentingnya mempelajari agama, khususnya ilmu agama Islam semakin tinggi setiap tahunnya di Kota Pekanbaru. Hal ini terlihat dengan semakin banyak orang tua yang menyekolahkan buah hatinya di sekolah Islam terpadu sejak dini.

KepalaSDIT RaudhaturrahmahPekanbaru TristiyoHendroYuwono di Pekanbaru, baru-baru ini turut merasakan fenomena tersebut. Ia menjelaskan bahwa SDIT Raudhaturrahmahmelaksanakan program pembinaan akhlak, dimana selain meningkatkan pengetahuan siswa, membentuk akhlak dan adab menjadi tujuan yang lebih utama.

“Sepandai-pandainya siswa, sebagus-bagusnya siswa, bagi kami lebih bagus dia mempunyai akhlak. Jadi, orang yang berakhlak bisa jadi pengetahuannya lebih bagus, lebih tinggi. Kenapa? Karena mereka punya dasar akhlaknya, adab,” terangnya.

SDIT Raudhaturrahmah berdiri pada tahun 2005, dan yayasannya dengan nama yang sama berdiri di tahun 2003. Sekolah ini berada di Jl. Adi SuciptoKelurahanSidomulyo Timur, KecamatanMarpoyan Damai, Kota Pekanbaru. Saat ini total siswanya sudah mencapai lebih dari empat ratus peserta didik.

Sekolah ini menerapkan dua kurikulum, yakni kurikulum nasional yang disusun Dinas Pendidikan, dan kurikulum yayasan atau program MDTA. Untuk program MDTA, dilaksanakan pukul 14.30 WIB hingga 16.00 WIB, sedangkan kurikulum nasional dilaksanakan mulai jam masuk sekolah pukul 7.20 WIB.

Program pembinaan akhlak atau keagamaan yang diterapkan SDIT Raudhaturrahmah diantaranya tahsin bersama, infaq setiap hari Jumat yang dialokasikan ke anak-anak yatim di sekolah, melaksanakan shalat fardhu Dzuhur dan Ashar, shalat sunnah Dhuha, dan shalat Jumat.

Berbeda dengan sekolah-sekolah lain, dalam satu kelas memiliki dua wali murid dan para siswa di SDIT Raudhaturrahmah baru bisa bebas mengikuti ekskul atau ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah setelah menyelesaikan tahfidz Al-Quran dengan surah-surah yang sudah ditetapkan sekolah, yang istilahnya diwisuda atau khatam Al-Qur’an.

“Kami ingin anak-anak mempunyai rasa tanggungjawab dulu terhadap dirinya, terhadap agamanya,” ungkap Tristiyo.

Program ekskul yang disediakan diantaranya rebana, pramuka, tari, drum band, dan ekskul bela diri seperti silat, karate, dan taekwondo. Ekskul-ekskul tersebut telah menorehkan prestasi di tingkat Kota Pekanbaru. Khusus ekskul bela diri, para siswa sebenarnya sudah mengikuti kursus tersebut di luar jam sekolah, namun pihak sekolah dengan senang hati menyediakannya sebagai program ekskul.

Tristiyo mengungkapkan bahwa sejauh ini belum ada siswa yang merasa jenuh dan lelah, karena SDIT Raudhaturrahmah memiliki guru-guru yang punya kreatifitas yang inovasi yang sangat luar biasa sehingga anak-anak menikmati pembelajaran yang selama itu tanpa jenuh dan lelah. “Cara dan gaya guru mengajar alhamdulillah menarik dan meningkatkan minat siswa dalam belajar,” tambahnya.

Sudah menjadi rahasia umum jika biaya sekolah swasta lebih mahal daripada sekolah negeri. Namun, Tristiyo menyatakan bahwa SPP di SDIT Raudhaturrahmah justru lebih murah daripada sekolah dasar islam terpadu atau sekolah swasta lainnya.

Di saat keadaan normal atau sebelum pandemi COVID-19 melanda Indonesia, SDIT Raudhaturrahmah tidak pernah menerima orang tua murid mengajukan dispensasi keringanan biaya sekolah. Lain halnya ketika pandemi tersebut masuk ke Indonesia. Karena saat itu perekonomian rakyat Indonesia khususnya Kota Pekanbaru banyak yang merosot, sehingga orang tua murid ada yang memberikan usulan dan meminta keringanan biaya sekolah.

“Ketika keadaan ekonomi normal, kemudian yang hari ini kasus virus Corona sudah mulai terminimalisir, alhamdulillah orang tua murid tidak ada yang mengeluh dan tidak ada yang meminta untuk keringanan biaya sekolah ini,” tambahnya.

Kiat yang dilakukan SDIT Raudhaturrahmah dalam mempertahankan pembelajaran keagamaan di sekolah adalah dengan mensosialisasikan kepada orang tua murid tentang religiusitas atau pentingnya menanamkan nilai keagamaan kepada siswa, seperti kewajibannya kepada Allah SWT., mengajinya, dan sikap spiritual. Sosialisasi ini dilakukan setiap tahun, yang setiap semesternya sebanyak satu hingga dua kali.

“Dan orang tua banyak yang bangga dan bahagia bahkan tertarik, sampai-sampai mereka menginformasikan dan mempromosikan SDIT Raudhaturrahmah ke karib kerabat mereka, tetangga mereka. Karena mereka puas dengan layanan pendidikan yang kita berikan di SDIT Raudhaturrahmah,” ujar Tristiyo.

Tristiyo berharap para siswa dapat mengamalkan dan mengimplementasikan apa yang mereka dapat di sekolah pada lingkungan tempat tinggal mereka dan di manapun mereka berada. “Sehingga mereka bisa menjadi contoh bagi temen-temen mereka yang lain, bagi keluarga mereka, dan bagi orang-orang yang melihat tingkah laku mereka yang sudah melekat religius dalam dirinya,” pungkasnya.

Salah satu orang tua/wali murid sekolah islam terpadu tersebut adalah Citra (36). Orang tua murid yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini mengungkapkan bahwa putrinya Ashilah (11) disekolahkan ke sekolah islam terpadu karena adanya pelatihan tingkah laku dan budi pekerti menurut tuntunan agama.

“Terus mendapatkan pelajaran agama yang lebih banyak dan lingkungan yang religius,” terangnya.

Menurutnya, biaya sekolah yang dikeluarkan masih sesuai dengan pembelajaran yang didapatkan putrinya tersebut. Putrinya yang bernama Syila yang sudah duduk di bangku kelas enam SD ini juga sangat nyaman dan tidak merasa terbebani dengan jam belajar sekolah yang full day school.

Citra berharap mengenai pelayanan yang diberikan sekolah islam terpadu agar perkembangan anak dapat maksimal dan berkembang sesuai harapan orang tua.

“Yaitu menjadi anak yang cerdas, berakhlak mulia, santun, dan taat terhadap agama, serta mandiri dan percaya diri,” pungkasnya.