Khawatir permintaan dan suku bunga naik, harga minyak jatuh di sesi Asia

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,minyak

Khawatir permintaan dan suku bunga naik, harga minyak jatuh di sesi Asia

Ilustrasi - Eksploitasi minyak (REUTERS)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh ke level terendah tujuh bulan di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena COVID-19 yang mengekang importir minyak mentah utama China dan ekspektasi lebih banyak bank sentral menaikkan suku bunga memicu kekhawatiran resesi ekonomi global dan permintaan bahan bakar yang lebih rendah.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 1,08 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 91,75 dolar AS per barel pada pukul 06.44 GMT setelah tergelincir 3,0 persen di sesi sebelumnya. Brent mencapai level terendah sesi di 91,20 dolar AS, terendah sejak 18 Februari.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 1,20 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 85,68 dolar AS per barel. WTI sempat anjlok terendah sesi di 85,08 dolar AS, merupakan level terendah sejak 26 Januari.

Minyak memangkas kenaikan kuat yang dibuat pada Senin (5/9/2022) setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 100.000 barel per hari pada Oktober.

"Memudarnya kenaikan yang didorong pemotongan produksi OPEC+ tidak terlalu sulit dilakukan mengingat daftar tantangan ekonomi global," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.

"Terlepas dari beberapa data jasa-jasa AS yang lebih baik dari perkiraan, pertumbuhan global tidak terlihat bagus sama sekali dan itu adalah masalah untuk harga minyak mentah."

Dolar AS yang kuat, kenaikan suku bunga yang agresif, lonjakan imbal hasil obligasi, dan perlambatan pertumbuhan China adalah faktor yang menekan harga minyak, kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

"Singkatnya, pasar berjangka minyak menilai 'stagflasi' dalam ekonomi global," tambah Teng.

Kebijakan ketat nol-COVID China telah membuat kota-kota seperti Chengdu, dengan 21,2 juta orang, terkunci, membatasi mobilitas dan permintaan minyak di konsumen terbesar kedua di dunia itu.

Ekspor dan impor China kehilangan momentum pada Agustus dengan pertumbuhan yang secara signifikan meleset dari perkiraan. Impor minyak mentah turun 9,4 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya, data bea cukai menunjukkan pada Rabu, karena pemadaman di kilang-kilang yang dikelola negara dan operasi yang lebih rendah di pabrik independen di tengah lemahnya margin yang membatasi pembelian.

Investor juga mengamati kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk menahan inflasi. Bank Sentral Eropa (ECB) secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga tajam ketika bertemu pada Kamis (8/9/2022). Setelah pertemuan ECB, pertemuan Federal Reserve AS akan menyusul pada 21 September.

Dolar mencapai level tertinggi 24 tahun terhadap yen pada Rabu setelah data ekonomi AS memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan kebijakan yang agresif.

Namun demikian, memberikan beberapa dukungan untuk harga adalah ekspektasi persediaan minyak yang lebih ketat di Amerika Serikat.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun untuk minggu keempat berturut-turut, jatuh sekitar 733.000 barel dalam seminggu hingga 2 September, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Selasa (6/9/2022).

Persediaan minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS turun 7,5 juta barel dalam seminggu hingga 2 September menjadi 442,5 juta barel, terendah sejak November 1984, menurut data dari Departemen Energi.

Laporan persediaan mingguan AS dari American Petroleum Institute (API) dan Badan Informasi Energi AS akan dirilis masing-masing pada Rabu waktu setempat dan Kamis, sehari lebih lambat dari biasanya, karena hari libur umum pada Senin (5/9/2022).

Baca juga: Harga minyak turun tipis karena pengurangan produksi OPEC+ simbolis

Baca juga: Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+