Gaung pacu jalur di Kuansing, dari tradisi menjadi festival bergengsi

id Pacu jalur 2022,Pertandingan pacu jalur Kuansing

Gaung pacu jalur di Kuansing, dari tradisi menjadi festival bergengsi

Peserta Pacu Jalur 2022 saat pembukaan pertandingan (ANTARA/Annisa Firdausi)

Kuantan Singingi (ANTARA) - Pertandingan pacu jalur yang merupakan kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) telah diperlombakan sejak tahun 1903 dan telah menarik minat banyak orang dari berbagai daerah.

Awalnya pada abad ke-17 saat transportasi darat belum berkembang, jalur atau sampan panjang ini menjadi alat transportasi utama bagi warga Rantau Kuantan, yaitu daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir.

Kala itu, keberadaan jalur amat penting bagi penduduk sekitar untuk mengangkut banyak hasil pertanian seperti pisang dan tebu. Selain itu juga berfungsi mengangkut masyarakat sekitar 40-60 orang. Lalu muncul jalur-jalur yang diukir dengan indah dengan bentuk ukiran kepala ular dan buaya. Tak hanya di tepiannya, bahkan di lambung dan selembayungnya.

Namun saat itu hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu sehingga jalur tak hanya menjadi alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial seseorang.

Setelah sekian lama waktu bergulir, masyarakat melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda Wihelmina yang pada 31 Agustus hingga awal September. Seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pacu jalur menjadi tradisi kebanggaan bagi masyarakat Kuansing. Tak heran saat pacu jalur berlangsung, sepanjang Sungai Kuantan berubah menjadi lautan manusia yang ingin menyaksikan langsung pertandingan.

Pacu jalur akhirnya kembali dilaksanakan di tahun 2022 setelah sempat terhenti dua tahun lamanya karena pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Syaratnya, COVID-19 tidak lagi muncul di negeri yang berjuluk Kota Jalur ini.

Tahun ini, Festival Pacu Jalur resmi dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI SandiagaS Unopada Minggu (21/8). Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni, Gubernur Riau Syamsuar dan Forkopimda Riau turut hadir mengiringi.

Tahun ini 178 jalur siap bertanding di sungai dengan lintasan pacu sepanjang 800 meter. Tampak jalur dari tiap perwakilan telah dihias dengan berbagai corak. Sorak-sorai masyarakat pun kembali terdengar di tepian sungai. Tak tanggung-tanggung, masyarakat yang hadir diperkirakan mencapai ratusan ribu orang dari berbagai usia.

Dalam kesempatannya, Sandiaga Uno mengatakan festival seni budaya yang sudah dilestarikan selama ratusan tahun ini tidak hanya menyapa Provinsi Riau, tapi gaungnya telah mendunia.

"Kami sangat menyambut dengan penuh kekaguman festival pacu jalur ini setelah sempat absen dua tahun lamanya, sekarang kembali hadir menjadi festival yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Saatnya Kuansing menjadi salah satu tujuan wisata nasional dan dunia," ucap Sandi kepada awak media.

Menurutnya, dengan kembali diadakannya festival ini merupakan pertanda kebangkitan pariwisata dan ekonomi Indonesia setelah pandemi COVID-19 melanda.

"Ini menandakan kebangkitan kita, terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja. Selama kita kompak seperti ini, bangsa kita akan menjadi Indonesia yang maju seperti apa yang diharapkan," lanjutnya.

Sandi berharap kebangkitan pariwisata ini dapat diiringi dengan kewaspadaan. Sebab, COVID-19 masih menjadi ancaman yang terus mengintai. Sandi yakin Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi tumpuan Indonesia untuk kembali bangkit dan kuat.

"Pandemi masih di tengah kita, juga ada beberapa ancaman ekonomi. Saya yakin kalau UMKM mampu menjadi tumpuan bagi perjuangan kita. Saya harap Indonesia tetap menggeliat, termasuk Kuansing dengan begitu banyaknya peluang usaha," sebut Sandi.

Dalam kesempatannya, Plt. Bupati Kuansing Suhardiman Amby memohon kepada Sandi agar Kabupaten Kuansing dijadikan sebagai kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN).

Menurutnya, pacu jalur telah menjadi tradisi masyarakat Kuansing sejak ratusan tahun lalu dan telah masuk ke dalam kalender pariwisata nasional di Riau. Sehingga sudah sewajarnya dijadikan sebagai KSPN.

Ia juga menyampaikan rasa syukurnya karena pacu jalur dapat kembali dilaksanakan usai dua tahun kegiatan Festival Pacu Jalur tidak diadakan karena situasi pandemi COVID-19.

"Setelah mendapatkan izin, Festival Pacu Jalur 2022 sukses digelar, acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh tidak hanya masyarakat Kuansing, melainkan masyarakat Riau dan lainnya," ujarnya.

Selama lima hari pelaksanaannya, yaitu pada 21-25 Agustus 2022, sebanyak ratusan peserta jalur yang siap bertarung di Tepian Narosa Kota Teluk Kuantan.Dalam mengisi festival, panitia juga menyelenggarakan pergelaran seni tari, seni vokal dan sejumlah atraksi meraih untuk menghibur masyarakat pada malam hari.

Selama festival berlangsung, juga acara bazar juga berlangsung, ribuan pedagang dari berbagai kota/provinsi di Indonesia memanfaatkan kesempatan itu.

Salah satu warga Kuantan Singingi yang turut menyaksikan acara ini Metri mengaku bangga akan budaya dan tradisi yang telah turun temurun dilaksanakan di daerahnya.

"Tentu saya merasa bangga dan haru serta bahagia karena di tahun ini lebih meriah dibandingkan beberapa tahun lalu. Mungkin karena dua tahun sempat tidak diadakan," ucap Metri.

Ia juga menyadari kesempatan ini memberikan kesempatan masyarakat sekitar untuk berdagang sekaligus mengenalkan berbagai makanan khas Kuansing kepada wisatawan dari luar daerah.

"Selain itu dengan diadakannya kembali iven pacu jalur ini, kami kembali dapat berkumpul dengan seluruh sanak saudara di perantauan. sebab mereka turut pulang kampung untuk menyaksikan secara langsung tradisi pacu jalur ini," lanjutnya.

Menurutnya tradisi ini memiliki filosofi untuk terus menjaga kekompakan dan rasa gotong royong antara masyarakat dan memang selayaknya dapat terus dilaksanakan tiap tahunnya.

"Dengan tradisi ini dilaksanakan tiap tahun, tentu saya pribadi sangat senang dan berharap acara ini dapat semakin dikenal dunia," pungkas Metri.