Pekanbaru, (antarariau.com) - Tekat bulat Pemerintah Daerah Provinsi Riau untuk mengelola secuil ladang minyak bernama Blok Siak bahkan telah ditunjukkan dengan merekomendasi PT Riau Petroleum kepada Kementerian ESDM agar perusahaan daerah itu bisa mengelola 'seonggok' lahan itu.
"Benar, surat rekomendasi dari kami juga disertakan dalam pengajuan Riau Petroleum," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau, Husni Husin di Pekanbaru, Senin (25/3).
Dia mengatakan pengajuan proposal Riau Petroleum sudah dimasukkan ke Kementerian ESDM pada akhir 2012. Hal itu sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas (Migas), bahwa setiap perusahaan daerah (BUMD) memiliki peluang yang sama untuk dapat mengelola blok migas.
"BUMD peluangnya sama untuk dapat mengelola blok minyak, bahkan risiko untuk Riau Petroleum tidak terlalu besar karena hanya tinggal meneruskan saja dari operator yang lama," katanya.
Sementara Kepala Biro Administrasi Ekonomi Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Riau Irhas Irfan sempat menyatakan bahwa ada dua badan usaha milik daerah setempat yang berpeluang untuk mengelola Blok Siak.
Selain PT Riau Petroleum, kata Irfan, juga ada PT Sarana Pembangunan Riau yang katanya memang telah berkiprah dalam pengelolaan migas. Meski faktanya, tidak ada tanda-tanda yang menguatkan pernyataan itu.
Satu-satunya kelompok BUMD yang memang telah memulai pengelolaan migas di daerah menurut penelusuran, hanya PT Badan Operasi Bersama dan PT Bumi Siak Pusako yang membentuk grup menjadi PT BOB-BSP.
Namun kinerja kelompok BUMD ini mulai diragukan setelah terus mengalami pemerosotan produksi minyak sejak 2010 tanpa ada penyeimbangan investasi teknologi yang seharusnya dilakukan.
Hal itu diungkapkan Senior Operation Manager PT BOB-BSP Wimpi Wisnu Prambudi saat rapat kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Pekanbaru pada Jumat (22/3).
Menurut dia, pada 2010 produksi minyak kelompok BUMD ini mengalami penurunan menjadi 17.126 barel per hari.
Data PT BOB-BSP menyebutkan, pada 2009 produksi minyak perusahaan itu mencapai 19.871 barel per hari atau barel oil per day (bopd).
Penurunan terus terjadi, pada tahun 2011 telah menyentuh 16.183 bopd, dan pada tahun 2012 produksi kembali melorot menjadi 15.531 bopd.
Wimpi menyatakan penurunan produksi terjadi karena keterbatasan fasilitas pengolahan air, yang menyebabkan produksi sumur tidak maksimal. Namun produksi sejak Januari sampai Maret, rata-rata terhitung 14.869 bopd.
Meskipun demikian, Wimpi yakin pihaknya mampu memproduksi minyak sesuai target yang diberikan oleh SKK Migas sebanyak 15.800 bopd untuk tahun ini.