Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kinerja ekspor sektor industri yang semakin kencang pada Juli 2021 hingga mencapai 13,56 miliar dolar AS.
"Meskipun saat ini aktivitas industri mengalami pembatasan dengan penerapan PPKM dan ada pelambatan ekspor sedikit, tapi secara tahunan kinerjanya semakin kencang. Saya pribadi berterima kasih kepada pelaku industri yang terus menjaga dan meningkatkan kinerja ekspornya di tengah pembatasan," kata Menperin di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang paparkan 9 kebijakan perkuat industri penunjang infrastruktur
Ekspor industri pengolahan mengalami penurunan 3,63 persen bila dibandingkan dengan Juni 2021, sebagai akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Pembatasan kegiatan menyebabkan produsen mengurangi aktivitas produksi yang berdampak pada turunnya ekspor.
Namun bila melihat kinerja Januari-Juli 2021, sektor industri tancap gas dalam meningkatkan kinerja ekspor.
Pada periode tersebut, ekspor industri pengolahan mencapai 94,62 miliar dolar AS, meningkat 31,36 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y). Sektor manufaktur berkontribusi 78,47 persen dari total ekspor nasional pada Januari-Juli 2021 sebesar 120,57 miliar dolar AS, kinerja ini bahkan lebih tinggi dari 2019.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang sebut permintaan tenaga kerja ahli sektor tekstil tinggi
Komoditas ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan pada Juli 2021 dibandingkan bulan sebelumnya adalah lemak hewan/nabati sebesar 614 juta dolar AS, kemudian berbagai produk kimia (71,5 juta dolar AS), pupuk sebesar 40,8 juta dolar AS, pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) yang meningkat 33,2 juta dolar AS, serta nikel dan barang daripadanya 23 juta dolar AS.
Dengan total impor Januari-Juli 2021 sebesar 106,15 miliar dolar AS, neraca perdagangan periode tersebut mengalami surplus 14,42 miliar dolar AS. Sedangkan pada Juli 2021, terjadi surplus sebesar 2,59 miliar dolar AS, meningkat 44,44 persen dibandingkan Juli 2020.
Menperin memberikan catatan bahwa perkembangan industri dan peningkatan ekspor akan lebih optimal bila impor dapat ditekan.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang nilai batik Indonesia sebagai kekayaan luar biasa
Untuk itu, pemerintah mendorong industri mengurangi ketergantungan terhadap impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur.
Terkait hal ini, Kemenperin telah mengeluarkan kebijakan Substitusi Impor 35 persen pada tahun 2022 dengan prioritas pada industri-industri dengan nilai impor yang besar pada tahun 2019 seperti mesin, kimia, logam, elektronika, makanan, peralatan listrik, tekstil, kendaraan bermotor, barang logam, serta karet dan bahan dari karet.
"Strategi yang ditempuh pemerintah adalah dengan menurunkan impor sehingga dapat merangsang pertumbuhan industri substitusi impor dalam negeri, peningkatan utilitas industri domestik, dan peningkatan investasi untuk produksi barang-barang substitusi impor," papar Menperin.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang katakan Cikande akan jadi klaster industri halal RI terbesar
Berita Lainnya
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB
Mengapa tidur menggunakan lensa kontak dapat bahayakan mata, begini penjelasannya
19 December 2024 13:25 WIB