Pekanbaru, (antarariau) - Pelaksanaan cabang sepakbola PON XVIII/2012 pada akhir fase grup mengalami kekacauan setelah dua tim dari Jawa Timur (Jatim) dan tuan rumah Riau memprotes atas keputusan panitia pelaksana.
Tim Jatim bahkan menurunkan puluhan suporter untuk berunjuk rasa di depan kantor Panitia Besar PON Riau di Jl Gajah Mada, Pekanbaru, Kamis. Mereka menuding Ketua KONI Tono Suratman terlalu banyak mengintervensi sehingga tim Jawa Barat tak jadi didiskualifikasi.
Sedangkan, PSSI Pengprov Riau memprotes panitia pelaksana yang tak mengacu pada aturan terbaru FIFA pada fase grup yang mengakibatkan mereka tak lolos karena kalah selisih gol dari Kalimantan Timur.
"Aturan sudah berganti, kenapa masih aturan jadul (jaman dulu) yang dipakai sehingga merugikan Riau," kata Sekretaris PSSI Riau, Zulfahmi, kepada ANTARA.
Riau berada pada grup C bersama Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur (Kaltim). Kehadiran Kaltim juga terjadi sebelum pertandingan grup dimulai, menggeser Kalimanta Selatan yang menolak digelarnya partai "play off" melalui keputusan Dewan Hakim yang menguatkan keputusan BAORI.
Menurut Zulfahmi, Riau seharusnya yang lolos dari grup mendampingi Jawa Tengah. Hal itu apabila panitia mengacu pada peraturan terbaru FIFA lewat sistem pertemuan kedua tim (head to head) antara Riau dan Kaltim. Kedua tim mendapat poin sama dari tiga pertandingan.
Namun, panitia pelaksana bersikeras meloloskan Kaltim karena unggul selisih gol produktif lebih banyak. Padahal, secara "head to head" Riau menang dengan skor 2-1 lawan Kaltim.
"FIFA sudah menerapkan aturan 'head to head' pada Piala Eropa ketika Yunani lolos dari grup padahal sama poin dengan Rusia, tapi pada saat keduanya bertanding Yunani yang menang," katanya.
Sementara itu, Asisten Manajer Jatim Antony Ratag menuding Ketua KONI Tono Suratman menjadi dalang kekacauan pertandingan sepakbola PON. Menurut dia, Tono mengeluarkan surat yang membuat tim Jawa Barat (Jabar) tak didiskualifikasi. Sebabnya, intervensi itu menjegal keputusan BAORI yang dikuatkan Dewan Hakim untuk mensahkan tim Jabar di bawah menajer Tony Apriliani tak bisa berlaga di PON.
"Faktanya bukan tim Jabar dari manajer Tony Apriliani yang tanding, dan seharusnya berdasarkan keputusan Dewan Hakim, Jabar didiskualifikasi. Tapi peraturan itu tak dilaksanakan akibat campur tangan KONI," katanya.
Menurut dia, seharusnya Jabar didiskualifikasi sehingga Jatim bisa mendampingi Sumatera Utara ke fase berikutnya.
"Kami bukan melihat Jatim harus lolos atau tidak, yang penting ketika ada produk hukum seharusnya dilaksanakan. Buat apa kami bertanding kalau semuanya bisa diatur seenaknya," ketus Antony.
Hingga sore ini suporter Jatim masih bertahan di kantor Panitia Besar PON Riau sampai ada keputusan resmi tertulis dari panitia pelaksana mengenai kelanjutan pertandingan grup. Namun, panitia hingga kini memberikan penjelasan resmi tentang hal itu.
"Kabarnya panitia pelaksana pertandingan malah rapat di AURI, buat apa rapat di sana kayak tak ada tempat lain saja," ujarnya.