Pekanbaru - Bisnis kuliner "angkringan" ternyata memiliki potensi menjanjikan di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, yang sebenarnya sangat jauh dari asalnya di Jawa.
Seorang pebisnis angkringan, Lutfi, kepada ANTARA di Pekanbaru, Rabu, mengatakan bisnis angkringan bisa meraup omzet berkisar Rp18,2 juta hingga Rp26 juta per bulan, padahal usaha jajanan rakyat itu tergolong baru di Pekanbaru.
"Bahkan, saya bersiap untuk membuka cabang angkringan ketiga di Pekanbaru," kata Lutfi, yang mengelola "Anglo Angkringan".
Angkringan adalah tempat berjualan menggunakan gerobak dorong yang menjual berbagai macam makanan dan sejatinya merupakan jajanan khas di Yogyakarta.
Menurut Lutfi, kunci keberhasilan bisnis angkringan di daerah perantauan adalah mempertahankan orisinalitas. Intinya, bisnis angkrintan bukan sekedar menjual makanan khas seperti tempe bacem, nasi kucing hingga aneka minuman kopi dan wedang jahe.
"Selain makanan khas, bisnis angkringan juga harus menjaga khas tradisional Jawa seperti pelayanannya dan menjaga suasananya agar tercipta atmosfir nostalgia untuk setiap pengunjungnya," kata Lutfi.
Lutfi awalnya membuka satu angkringan di Jalan Melur, Pekanbaru, dengan sistem modal bersama dengan Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada di Pekanbaru. Bisnis tersebut kemudian berkembang, dan kini "Anglo Angkringan" membuka satu cabang lagi di Jalan Arengka, Pekanbaru.
Menurut dia, strategi bisnis angkringan dimulai secara sederhana yakni lewat promosi dari mulut ke mulut.
Kini angkringan mulai memiliki pelanggan tetap dari kalangan komunitas, para perantau dari Jawa yang bekerja di Pekanbaru, hingga mahasiswa dan warga Pekanbaru yang masih berkuliah dan alumni dari universitas di Yogjayakarta.
Seorang pengunjung, Merry Adriyani, mengatakan awalnya memilih angkringan karena harga makanannya yang sangat murah dibandingkan dengan tempat makan lainnya di Pekanbaru. Namun, ia kemudian mengaku tertarik karena suasana kekerabatan yang sangat kental di angkringan.
Bahkan, ia mengatakan banyak mengenal teman-teman baru dari berbagai kalangan dari tempat makan sederhana itu.
"Angkringan yang dulu identik dengan warung rendahan, kini sudah menjadi tempat berkumpul semua kalangan tak memandang status dan usia karena suasana ngumpulnya yang buat angkringan itu wajib untuk dijadikan tempat 'nongkrong'," kata Merry Adriyani.
Berita Lainnya
Disperindag: Sektor Peternakan Ayam Di Pekanbaru Cukup Menjanjikan
17 January 2017 13:55 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB