50 OTG positif COVID-19 di Pekanbaru jalani isolasi mandiri

id OTG,positif COVID-19,Pekanbaru,Riau,isolasi mandiri,GTPP

50 OTG positif COVID-19 di Pekanbaru jalani isolasi mandiri

Sejumlah warga mengantre untuk ikut tes usap COVID-19 massal di Pasar Sukaramai, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (26/6/2020). Pemerintah Indonesia mengantisipasi gelombang kedua penularan COVID-19 dengan sejumlah strategi, diantaranya memperkuat fasilitas kesehatan dan tenaga medis, serta makin gencar melakukan tes usap untuk memutus rantai penularan dari OTG atau orang tanpa gejala COVID-19. ANTARA FOTO/FB Anggoro/wsj.

Pekanbaru (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Pekanbaru menyatakan sebanyak 50 warga kota itu yangmasuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan dinyatakan positif COVID-19 kini menjalani isolasi secara mandiri di rumah mereka.

"Puluhan warga positif OTG ini harus diisolasi mandiri lantaran biaya isolasi dan perawatan medis di rumah sakit tidak ditanggung pemerintah. Sejauh ini, pemerintah hanya membiayai pasien positif yang mengalami gejala COVID-19," kata Juru Bicara Bidang Kesehatan GTPPCOVID-19 Kota Pekanbaru, dr Mulyadi di Pekanbaru, Rabu.

Menurut dia warga OTGyang positif itu akan diisolasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru di Rumah Sehat yang dipersiapkan yakni Rumah Susun Sederhana dan Sewa (Rusunawa) Rejosari di Tenayan Raya.

"Sekarang segala sesuatu peralatan dan perlengkapan rumah sehat itu sedang disiapkan agar isolasi mandiri dapat berjalan dengan baik," katanya.

Namun demikian menjelang Rumah Sehat dioperasikan, kata dia, bagiOTG positif yang memang tidak memiliki tempat yang cukup atau ruangan khusus di rumah tempat tinggal, mereka tetap bisa mengajukan isolasi dan perawatan medis di rumah sakit milik pemerintah.

"Jadi kalau ada masyarakat, rumahnya memiliki risiko tinggi menularkan kepada keluarga dan masyarakat lain bisa dilakukan isolasi di rumah sakit pemerintah atau Rumah Sakit Madani juga bisa," katanya.

Pengajuan isolasi tersebut, katanya, bisa disampaikan kalau tidak memungkinkan diisolasi di rumah karena ada faktor rumahnya sempit, atau faktor sosial, ada tekanan dari masyarakat yang takut tertular sehingga bisa diisolasi di rumah sakit pemerintah.

Namun bagi warga positif yang memilih diisolasi di rumah tempat tinggal, mereka secara berkala diawasi oleh tenaga kesehatan di masing-masing pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat.

"Yang melakukan pengawasan dari puskesmas dan ada pemeriksaan secara berkala seperti di Rumbai, dokter yang ke tempat pasiennya. Kalau menunjukkan ada gejala, langsung kita isolasi di rumah sakit," demikian Mulyadi.