Tim Dokter Kesulitan Tangani Bayi Siti Rahmah

id tim dokter, kesulitan tangani, bayi siti rahmah

Pekanbaru, (ANTARAriau News) - Tim dokter spesialis dari RS Harapan Kita kesulitan menangani kasus Siti Rahmah, bayi dengan organ jantung di luar badan, karena terkendala minimnya fasilitas medis dan alat transportasi untuk membawanya ke Jakarta agar mendapat penanganan medis yang lebih baik.

"Provinsi Riau tak memiliki fasilitas yang memadai," kata Dr Totok Wisnu, dokter spesialis anak konsultan neonatologi dari RSAB Harapan Kita Jakarta saat jumpa pers di Pekanbaru, Jumat.

Tiga dokter spesialis dari RS Harapan Kita Jakarta, saat ini telah melakukan pemeriksaan terhadap bayi yang hingga kini dirawat di RS Ibnu Sina Pekanbaru itu.

Menurut Dr Totok, kondisi bayi berusia empat hari itu sangat labil karena mengalami penciutan pembuluh darah paru-paru (hipertensi polmonal), 90 persen organ jantung berada di luar rongga dada (ectopic cordis), dan telah mengalami infeksi di tubuhnya.

Selain itu, penyempitan pembuluh darah mengakibatkan aliran pertukaran oksigen dari paru-paru ke jantung sangat minim. Saat menerima sentuhan, kadar oksigen bayi turun drastis dari 85-88 persen menjadi tinggal 70 persen.

"Kalau secara prosedur medis standar, bayi ini memerlukan penerbangan menggunakan pesawat carteran karena kalau penerbangan komersial saya tak menjamin," ujar Dr Totok.

Pertimbangan menggunakan pesawat komersial tak menjadi rekomendasi karena demi keselamatan dan keleluasaan dalam menjaga kondisi bayi selama di penerbangan.

Menurut Totok, tim medis juga tak memiliki peralatan yang mendukung untuk membawa bayi Siti Rahmah dengan pesawat. Anak dari pasangan Khairuddin dan Diana itu membutuhkan peralatan penunjang keselamatan yang canggih seperti kotak inkubator lengkap dengan tabung oksigen, infus, alat pemantau pacu jantung, serta alat penstabil suhu badan.

"Kalau naik pesawat komersial, tabung oksigen tak bisa di kabin pesawat karena bisa meledak," ujarnya.

Ia memperkirakan, biaya untuk antar jemput menggunakan pesawat carteran untuk bayi Siti Rahmah bisa mencapai Rp250 juta sampai Rp600 juta.

Pejabat Sementara Dirut RS Ibnu Sina, Dr Amiral Amra, mengatakan pihaknya mendapat konfirmasi bahwa biaya pemindahan bayi Siti Rahmah akan ditanggung melalui dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk keluarga miskin. Namun, ia tak meyakini bahwa Jamkesmas bisa menanggung biaya carter pesawat yang sangat mahal.

"Dana pemberangkatan tak jelas. Jamkesmas belum jelas karena mana bisa untuk biaya semahal itu," ujarnya.

Ia mengatakan, pihak RS Ibnu Sina telah merekomendasikan agar bayi Siti Rahmah dibawa ke Jakarta karena fasilitas dan tenaga medis di Riau sangat tidak memadai.

Meski begitu, ia mengatakan keluarga pasien dibebaskan biaya perawatan karena mendapat bantuan dari Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sodaqoh (Lazis) Ibnu Sina.

"Belum ada kepastian kapan bisa berangkat," katanya.

Siti Rahmah lahir lewat persalinan normal dengan bantuan dukun kampung di Desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau, pada 12 September. Bayi malang itu berasal dari keluarga tak mampu.